BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pengendalian manajemen harus
didukung dengan struktur organisasi yang baik. Struktur organisasi
termanifestasi dalam bentuk struktur pusat pertanggung jawaban (Responsibilty
centers). Pusat pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang dipimpin oleh
manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas pusat pertanggung jawaban yang
dipimpinnya suatu organisasi merupakan kumpulan dari berbagai pusat pertanggung
jawaban. Adapun tujuan dibuatnya pusat pertanggung jawaban tersebut adalah:
- Sebagai basis perencanaan, pengendalian, dan penilai
kinerja manajer dan unit organisasi yang dipimpinnya.
- Untuk memudahkan mencapai tujuan organisasi.
- Memfasilitasi terbentuknya goal congruence.
- Mendelegasikan tugas dan wewenang ke unit-unit yang
memiliki kompetensi sehingga mengurangi beban tugas manajer pusat.
- Mendorong kreativitas dan daya inovasi bawahan.
- Sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi
secara efektif dan efisien.
- Sebagai alat pengendalian anggaran.
Pusat pertanggung jawaban merupakan
suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung
jawab. Penilaian kinerja manajer sangat penting karena dengan adanya penilaian
kinerja dapat diketahui apakah manajer pusat pertanggung jawaban tersebut
melaksanakan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Tanggungjawab manajer pusat pertanggungjawaban adalah untuk menciptakan hubungan yang optimal antara sumber daya input yang digunakan dengan output yang dihasilkan dikaitkan dengan target kinerja. Input diukur dengan jumlah sumber daya yang digunakan sedangkan output diukur dengan jumlah produk/output yang dihasilkan
oleh sebab itu, kami mencoba menyusun sebuah makalah yang berkaitan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban tersebut. Selain itu, penyusunan makalah ini merupakan bagian dari pemenuhan tugas mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen.
Tanggungjawab manajer pusat pertanggungjawaban adalah untuk menciptakan hubungan yang optimal antara sumber daya input yang digunakan dengan output yang dihasilkan dikaitkan dengan target kinerja. Input diukur dengan jumlah sumber daya yang digunakan sedangkan output diukur dengan jumlah produk/output yang dihasilkan
oleh sebab itu, kami mencoba menyusun sebuah makalah yang berkaitan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban tersebut. Selain itu, penyusunan makalah ini merupakan bagian dari pemenuhan tugas mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen.
1.2 Ruang lingkup
Adapun rumusan masalah yang akan
dibahas adalah sebagai berikut:
- Pengertian struktur pengendalian manajemen.
- Divisionalisasi dan desentralisasi.
- Pusat pertanggungjawaban
1.3. Maksud dan tujuan penulisan
Maksud dalam penulisan makalah ini
adalah mengetahui tentang struktur pengendalian manajemen dan tujuan dalam
penulisan ini adalah untuk memahami tentang struktur pengendalian manajemen.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
struktur pengendalian manajemen.
Suatu organisasi terdiri dari
sekelompok orang yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama (dalam
suatu organisasi bisnis, tujuan utamanya adalah memperoleh tingkatan laba yang
memuaskan). Organisasi dipimpin oleh satu hierarki manajer, dengan chief
executive officer (CEO) pada posisi puncak, dan para manajer unit bisnis,
departemen, bagian (section) dan sub unit lainnya berada dibawah CEO
dalam bagian organisasi.
CEO memutuskan keseluruhan strategi
yang akan memungkinkan organisasi tersebut untuk mencapai tujuannya. Tunduk
kepada persetujuan CEO, para manajer dari berbagai unit bisnis memformulasikan
strategi tambahan yang memungkinkan unit mereka masing-masing untuk memperluas
tujuan-tujuan ini. Untuk memastikan bahwa tujuan strategi organisasi dapat
tercapai maka suatu organisasi harus dikendalikan. Sistem pengendalian
manajemenlah yang membantu para manajer untuk menjalankan organisasi kearah
tujuan strateginya.
Sistem merupakan suatu cara tertentu
dan bersifat repeatitif untuk melaksanakan suatu atau sekelompok aktivitas.
Sistem memiliki karakteristik berupa rangkaian langkah-langkah yang berirama,
terkoordinasi, dan berulang yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Seperti pengertian sistem pengendalian
manajemen menurut Samryn dalam bukunya “Sistem Pengendalian Manajemen”
memaparkan sebagai berikut:
“Sistem pengendalian manajemen adalah
alat pengumpulan data untuk membantu dan mengkoordinasikan proses pembuatan
keputusan dalam organisasi”. (2001 ; 2)
Sedangkan pengertian sistem
pengendalian manajemen menurut Anthony dan Govindarajan dalam bukunya “Management
Control System” yang diterjemaahkan oleh Kurniawan Tjakrawala
menyebutkan sebagai berikut:
“Suatu sistem merupakan cara tertentu
untuk melaksanakan suatu atau serangkaian aktivitas. Sistem yang digunakan oleh
manajemen untuk mengendalikan aktivitas suatu organisasi disebut sistem
pengendalian manajemen”.(2004 ; 20)
Berdasarkan kutipan diatas, dapat
disimpulkan bahwa sistem pengendalian manajemen berhubungan dengan cara
yang dapat dilakukan oleh para manajer dalam merancang dan menggunakan sistem
perencanaan dan pengendalian untuk menerapkan strategi. Sistem pengendalian
manajemen terdiri atas struktur pengendalian manajemen dan proses pengendalian
manajemen. Dimana pengertiannya dipaparkan oleh Abdul Halim dan Bambang Supomo
dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Manajemen” sebagai berikut:
“Struktur pengendalian manajemen
adalah unsur-unsur yang membentuk pengendalian manajemen yang terdiri atas
pusat-pusat pertanggungjawaban dan ukuran prestasi manajer pusat
pertanggungjawaban. Sedangkan proses pengendalian manajemen adalah proses
bekerjanya pengendalain manajemen, yang terdiri atas serangkaian proses
(kegiatan) yang meliputi: penyusunan program, penyusunan anggaran, pelaksanaan,
dan pengukuran, pelaporan dan analisis”.
Dari pengertian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pengendalian manajemen terdiri atas struktur pengendalian
manajemen dan proses pengendalian manajemen yang meliputi tindakan untuk
menuntun dan memotivasi usaha pencapaian tujuan dan tindakan untuk mendeteksi
dan memperbaiki pelaksanaan yang tidak efektif dan efisien.
Menurut Suadi (1999:10) konsep sistem
pengendalian manajemen terkandung pengertian proses pengendalian, dan straktur
pengendalian sebagai sistem pengendalian manajemen secara keseluruhan. Struktur
diartikan sebagai suatu kerangka sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang
membentuk sistem itu sendiri. Sedangkan proses di dalam konsep sistem
pengendalian manajemen adalah untuk menjelaskan bagaimana bekerjanya
masing-masing bagian di dalam sistem tersebut dalam pencapaian tujuannya, dan
untuk memastikan bahwa hasil-hasil yang dicapai telah sesuai dengan rencana.
Salah satu elemen struktur pengendalian manajemen seperti yang telah
dikemukakan itu adalah pusat pertanggungjawaban.
Pusat pertanggungjawaban merupakan
suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung
jawab. Suatu pusat pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai suatu sistem yang
mengolah masukan menjadi keluaran.
Sistem pengendalian manajemen terdiri
dari Struktur pengendalian manajemen dan proses pengendalian manajemen.
Struktur pengendalian manajemen dinyatakan dalam bentuk unit organisasi dan sifat
informasi yang ada diantara unit-unit ini. Secara umum sistem pengendalian
manajemen akan berpusat pada bermacam-macam jenis pusat pertanggungjawaban.
Sedangkan proses pengendalian manajemen meliputi
hubungan komunikasi informal dan
interaksi antara manajer dengan karyawan.
Hal ini ditegaskan oleh Anthony dan
Dearden ( 1989:20 ) sebagai berikut: other managers and between managers and
workers. These informal activities take place within a formal planning and
control system. Such a formal system includes the following activities :
programming,
2.2
Divisionalisasi dan Desentralisasi.
Dalam organisasi yang besar, biasanya
kegiatan-kegiatan fungsional utamanya seperti unit pemasaran atau pun unit
manufaktur dilaksanakan oleh unit organisasi tersendiri yang terpisah.
Apabila kegiatan-kegiatan fungsional
itu dilaksanakan oleh unit-unit kerja dalam lingkup satu organisasi sendiri,
maka proses tersebut kita sebut sebagai “divisionalisasi”. Secara umum maksud
dari adanya proses divisionalisasi adalah untuk mendelegasikan otoritas kerja
yang lebih besar kepada para manajer operasional.
Apabila manajer tersebut mempunyai
pertanggungjawaban keuntungan, akan lebih praktis agar wewenang pengambilan
keputusan yang meliputi pertimbangan-pertimbangan antara besarnya pendapatan
dan biaya di dalam kegiatan unit kerja tersebut juga didelegasikan hingga
tingkat bawah. Sebagai contoh, seorang manajer yang bertanggung jawab atas
seluruh kegiatan-kegiatan pemasaran, dalam kegiatannya ia akan lebih
bermotivasi jika juga mempunyai wewenang untuk mengatur dan menetapkan berapa
besar biaya promosi penjualan yang harus ia keluarkan agar dapat menghasilkan
tingkat keuntungan optimal.
Beberapa pertimbangan umum yang perlu
diingat tentang organisasi antara lain adalah:
- Setiap perusahaan pada dasarnya dapat diorganisasikan
ke dalam unit-unit kerja organisasi fungsional pada tingkat-tingkat
tertentu.
- Perbedaan antara organisasi fungsional dengan
organisasi divisional hanya dapat dilakukan melalui perjanjian, oleh
karena pada dasarnya kedua hal itu identik, serupa tapi tak sama
(continuum). Perbedaan-perbedaan yang ada di antara ekstrim
organisasi-organisasi yang disusun secara fungsional dengan organisasi
yang disusun secara divisional sesungguhnya merupakan kombinasi diantara
organisasi-organisasi fungsional dan divisional.
- Otoritas (wewenang) penuh untuk dapat menghasilkan
suatu tingkat keuntungan tidak pernah didelegasikan kepada suatu segmen
daru usaha. Tingkat wewenang ini berbeda-beda untuk setiap jenis usaha.
- A. Delegasi wewenang (delegation of
authority)
Sebagai patokan umum,
pertanggungjawaban dapat didelegasikan ke bawah di dalam suatu organisai sejauh
informasi-informasi yang relevan tersedia.
Ada beberapa keuntungan yang kita
dapatkan dengan cara ini:
- Pengambilan keputusan dapat dilakukan lebih cepat oleh
pihak-pihak yang lebih dekat dengan aktivitas tersebut dibandingkan dengan
pengambilan keputusan oleh manajer yang lebih tinggi yang tidak terlibat
secara langsung dengan kegiatan-kegiatan itu.
- Banyak informasi yang khas tentang suatu aktivitas
tertentu hanya diketahui oleh pihak-pihak yang dekat dengan
aktivitas-aktivitas tersebut.
- Setiap pengambilan keputusan biasanya tidak dilakukan
atas dasar analisis data yang “tepat”.
Kondisi-kondisi
yang dibutuhkan untuk mendelegasikan tanggung jawab dalam hal ini menghasilkan
laba. Banyak sekali jenis keputusan
manajemen yang terlibat dalam mengusahakan keputusan yang optimum dalam hal
mengatur besarnya biaya dan besarya laba.Sebelum jenis-jenis keputusan kita
delegasikan dengan aman kepada para manajer yang lebih rendah, harus diusahakan
dulu adanya dua kondisi sebagai berikut:
- Manajer harus memiliki seluruh jenis informan relevan
yang tersedia.
- Harus ada cara yang dapat kita pakai untuk mengukur
tingkat efektivitas pengambilan keputusan mereka tersebut.
B.
Keuntungan-keuntungan divisionalisasi
- Kecepatan dalam pengambilan keputusan operasional
akan dapat ditingkatkan karena banyak keputusan yang tidak usaha kita
sampaikan terlebih dahulu kepada pihak atasan untuk mendapatkan
pertimbangannya.
- Kualitas dari kebanyakan keputusan dapat lebih
ditingkatkan lagi karena keputusan-keputusan tersebut langsung dibuat
oleh pihak-pihak yang lebih kenal dengan situasi dari kondisi lingkungan.
- Pihyak manajemen di kantor pusat akan “terbebas dari
tugas pengambilan keputusan sehari-hari” dan oleh karenanya akan dapat
lebih mengkonsentrasikan kegiatan mereka untuk aktivitas-aktivitas yang
lebih tinggi.
- Kesadaran akan laba (profit consciousness) akan dapat
ditingkatkan.
- Aspek pengukuran prestasi kerja lebihdiperluas.
- Manajer-manajer lini yang tidak terlampau dibatasi oleh
ketentuan-ketentuan yang terlampau ketat dari pihak atasannya akan dapat
lebih bebas untuk menggunakan inisiatif ataupun imajinasinya.
- Divisi dalam hal ini dapat menjadi suatu arena
pelatihan yang istimewa untuk para manajernya oleh karena divisi dapat
dianggap sebagai suatu organisasi independen dalam skala yang lebih
kecil.
- Apabila perusahaan tersebut menerapkan strategi
diversifikasi usaha, maka sistem divisionalisasi ini akan dapat digunakan
untuk pengkhususan bakat dan pengalaman dari berbagai situasi
- Divisionalisasi akan dapat dipakai oleh pihak
manajemen puncak untuk ;]omengetahui informasi yang menyeluruh tentang
komposisi komponen laba dari perusahaannya secara keseluruhan.
C.
Kesulitan-kesulitan dalam penerapan divisionalisasi
- Dengan adanya sistem desentralisasi dalam proses
pengambilan keputusan, pihak manajemen puncak dapat mengalami
berkurangnya beberapa mcaam pengendalian
- Untuk mengelola jalannya divisi dibutuhkan seorang
manajer yang cakap, sedangkan orang-orang seperti ini akan sangat sukar
didapatkan dari dalam organisasi fungsional oleh karena langkahnya
peluang untuk dapat mengembangkan suatu kemampuan manajemen umum bagi
mereka-mereka yang selalu berkecimpung dalam satu bidang manajemen
fungsional tertentu.
- Unit-unit organisasi yang dulunya bekerjasama sebagai
unit-unit fungsional, mungkin justru akan melakukan kompetisi antar satu
dengan yang lainnya.
- Suasana perpecahan (friction) mungkin akan meningkat.
- Terdapat kecenderungan yang seolah-olah lebih
mementingkan keuntungan dalam jangka pendek dengan mengorbankan
keuntungan-keuntungan jangka panjang.
- Tidak ada sistem yang memuaskan yang dapat memastikan
bahwa setiap divisi dengan cara optimasi keuntungan divisinya akan dapat
menghasilkan optimasi keuntungan perusahaan secara keseluruha.
- Apabila manajemen pusat lebih memiliki kemampuan
ataupun lebih memiliki informasi yang komprehensif dibandingkan dengan
kemampuan rata-rata para manajer divisinya, maka kualitas daripada
beberapa keputusankeputusan tersebut mungkin menjadi berkurang.
- Usaha penerapan metode divisionalisasi ini mungkin
akan mengakibatkan adanya tambahan biaya karena tambahan tenaga manajemen
dan tenaga staf.
D.
Kendala-kendala dalamWewenang Divisi
Kendala/hambatan-hambatan dari divisi
lain. Salah satu problem utama yang berkaitan dengan usaha penerapan sistim
divisi ini timbul apabila divisi tersebut berhubungan dengan divisi lainnya.
Oleh karena itu berguna sekali apabila para manajer divisi dalam usaha
mengelola kegiatan pusat laba melakukan upaya pengendalian terhadap tiga tipe
keputusan sebagai berikut:
- Keputusan-keputusan tentang produk
- Keputusan-keputusan tentang masalah pengadaan atau
pembuatan barang atau jasa
- Keputusan-keputusan tentang pemasaran
E.
Kendala/hambatan-hambatan dari manajemen perusahaan
- Hambatan yang berasal dari pertimbangan-pertimbangan
strategi perusahaan yang biasanya berhubungan dengan keputusan keuangan.
- Hambatan karena adanya kebutuhan keseragaman.
- Hambatan-hambatan yang berasal dari
pertimbangan-pertimbangan nilai ekonomis dari sistem sentralisasi.
- Kebanyakan perusahaan tetap tidak mendelegasikan
beberapa macam keputusan yang di anggap vital, seperti misalnya keputusan
tentang pertambahan permodalan yang tetap merupakan wewenang pihak
pimpinan pusat perusahaan, paling tidak hal ini berlaku untuk
aktivitas-aktivitas yang ada dalam negeri.
Konsekuensinya, salah satu hambatan
terbesar untuk aktivitas-aktivitas ini adalah adanya unsur pengendalian yang
dilakukan dari pihak atas terhadap kebijakan investasi permodalan yang baru.
Oleh karena itu biasanya divisi-divisi
tersebut harus saling berkompetisi dalam menggunakan dana bersama. Suatu divisi
mungkin saja akan terhambat rencana perluasan pabriknya hanya oleh karena pihak
manajemen berhasil diyakinkan oleh pihak divisi yang lain bahwa mereka lebih
membutuhkan permodalan tersebut dibandingkan dengan divisi tadi.
Sebagai tambahan, selain persoalan
permodalan ini, sering kali pihak manajemen perusahaan juga melaksanakan
kendala-kendala strategis lainnya, misalnya kendala pasar ataupun produk sering
kali diterapkan. Juga usaha untuk tetap mempertahnkan citra perusahaan misalnya
dapat merupakan penghambat bagi tingkat kualitas dan perekayasaan dari produk
tersebut ataupun juga terhadap pengembangan dari pada aktivits-aktivitas
kegiatan hubungan masyarakat.
F.
Sejarah perkembangan penerapan divionalisasi
Mekipun E.I. do do point de nemours
& co dan General Motors corporation telah melaksanakan divisionalisasi
sejak awal tahun 1920-an, kebanyakan perusahaan di amerika serikat masih
mengunakan sistem organisasi fungsional hingga akhir perang dunia II. Sejak itu
mulailah banyak perusahaan yang melaksanakan sistem divisi. Suatu penelitian
yang dilakukan oleh Richard F.Cancil memperlihatkan kenyatan bahwwa
perusahaan-perusahaan manufaktur telah melaksanakan system divisi tiga puluhan
tahun yang lampau. Kuestione dikirimkan pada 684 perusahaan manufaktur dimana
para pejabat keuangannya merupakan anggota dari Institut keuangan eksekutif. 46%
dari perusahaan-perusahaan tersebut mengembalikan kuesioner-kuesioner tersebut.
Hanya 17% dari mereka-mereka itu yang
menyatakan tidak mempunyai 2 atau lebih pusat-pusat keuntungan.Vancil
menyatakan ”mungkin optimis bila kita simpulkan bahwa ada 95% dari perusahaan
manufaktur di Amerika Serikat memiliki pusat keuntungan; karena mungkin saja
banyak di antaranya orang-orang yan tidak mengembalikan kuesioner tersebut
memang tidak memiliki keuntungan,akan tetapi cukup aman untuk menyatakan bahwa
kebanyakan perusahaan-perusahaan maufaktur yang besar memiliki pusat
keuntungan”.
Hasil penelitian yang sama juga
didapatkan oleh james S.Recce dan Wiliam A.Cool dalam suatu penitian dari
fortune 1000 perusahaan-perusahaan industri. Dari 620 perusahaan yang
memeberikan reponnt didapatkan 95,8% yang memiliki pusat laba.
Perusahaan-perusahaan yang menerapkan
sistim divisi dapat kita kelompokan
kedalam tiga katagori umum yaitu:
- Mereka yang termasuk ke dalam kelompok divertisifikasi
perusahaan,seperti misalnya internatonal telephone dan telegraph
Coorporation, lition industries dan textron. Untuk kelompok-kelompok
perusahaan macam ini sistem divisi merupakan suatu cara yang sangat
sesuai, justru kita akan sulit membayangkan cara operasi mereka seandainya
mereka tidak menjalankan sistem divisi seperti saat ini.
- Suatu kelompok industri tertentu, yang merupakan
industri penghasilan dari berbagai macam jenis produk seperti, General
Electric Company, Wetinghouse Electric Coorporation,E.I. du Pont de
Nemours & Co dan Union Carbide Coorporation. Pada tipe kelompok
perusahaan seperti ini, secara umum divisionalisasi merupakan suatu cara
yang paling efektif untuk menjalankan perusahaan, meskipun penganmbilan
keputusan tidak selalu jelas seperti pada kelompok perusahaan
diversifikasi.
- Kelompok-kelompok perusahaan yang tergabung ke dalam
suatu perusahaan integrasi yang besar dengan mempunyai suatu lini produk
yang pokok seperti misalnya perusahaan besi baja, perusahaan-perusahaan
mobil dan perusahaan-perusahaan dalam bidang perminyakan.
G.
Beberapa pertimbangan dalam penerapan divisionalisasi
Masalah-masalah personalia.
Dalam rangka mempertimbangkan
keuntungan maupun kerugian-kerugian secara relatif dari pelaksanaan
divisionalisasi seperti yang kit bahas di atas, sebaiknya perusahaan juga
memberikan perhatian khusus terhadap masalah personalia yang terkait dalam
rangka pelaksanaan usaha tersebut.
Divisi-divisi dalam suatu perusahaan
seringkali membutuhkan tenaga personalia yang mungkin tidak bisa kita dapatkan
dari dalam perusahaan sendiri. Apabila tenaga personil tersebut tidak kita
penuhi dari dalam perusahaan sendiri, maka tersebut harus diusahakan dengan
jalan melakukan latihan atau terpaksa kita cari dari luar perusahaan. Apabila
perusahaan tidak mampu ataupun tidak menghendaki pelaksanaan program pelatihan
sendiri, maka perusahaan harus mempersiapkan usaha penerapan divisionalisasi
ini dengan pertimbangan-pertimbangan yang lebih hati-hati. Biasanya ada tiga
jenis personil yang dibutuhkan:
- Manajer senior yang harus dapat mempergunakan
laporan-laporan manajemen dalam bidang perencanaan, pengendalian dan
mempercepat proses koordinasi.
- Perusahaan-perusahaan seperti ini memerlukan tenaga
manajer yang cakap yang mempunyai pandangan cukup luas untuk dapat mempertanggung
jawabkan kegiatan operasional divisinya masing-masing. Sama halnya
seperti pada perusahaan yang menganut sistem fungsional dimana kegitannya
itu biasanya mereka memerlukan beberapa tenaga eksekutif yang cakap juga.
- Perusahaan yang menganut sistem divisionalsasi juga
memerlukan tenaga analisis keuangan dan anggaran yang cakap baik dalam
tingkatan staf pusat ataupun tenaga pada level divisinya
masing-masing.personalnya adalah bahwa tenaga-tenaga seperti ini biasanya
sukar untuk didapatkan.
H.
Alternatif-alternatif untuk penerapan divisionalisasi
Ada beberapa alternaif yang dapat
dilakukan secara tidak terlalu drastic dan biayanya pun relatif lebih murah
yang dapat mereka pilih untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapinya.
Ada empat alternatif yang dapat dipilih:
- Pemisahan pertanggung
jawaban eksekutif .
Salah satu cara yang dapat kita pilih untuk mengurangi beban para
eksekutif ini adalah dengan cara mengadakan pemisahaan atau pembagian
petanggungjawaban di antara mereka itu. Sebagai contoh, apabila kita
merasakan adanya kesulitan ataupun persoalan dalam masalah penyusunan
rencana jangka panjang, maka kita dapat memisahkan kegiatan-kegiatan
administratif sehari-sehari;
- Desentralisasi pertanggung
jawaban fungsional. Pendelegasian wewenang untuk kegiatan fungsional
tertentu mungkin merupakan suatu cara yang baik untuk mengurangi beban
terhadap penggnuaan waktu manajemen puncak. Untuk usaha ini pihak pimpinan
puncak dapat memilih salah satu kegiatan fungsional yang memiliki
staf-staf yang cakap, atau seseorang yang tidak banyak memerlukan
pengarahan ataupun bimbingan lagi dari pimpinan tersebut, atau memilih
seseorang yang tidak begitu menentukan terhadap sukses atau tidaknya
perusahaan tersebut.
- Memperkuat tenaga staf. Pada beberapa situasi tertentu, masalah yang
sebenarnya timbul karena kurang mencukupinya tenaga bantuan staf yang ada
dan tentu saja personal ini tidak akan dapat terpecahkan dengan menerapkan
sistem divisi. Dalam hal ini ada kecendrungan dari beberapa eksekutif yang
menganggap tenaga staf ini sebagai parasit, sehinga mereka selalu menjaga
jumlah stafnya sekecil mungkin.
- Desentralisasi
kegiatan-kegitan kecil. Apabila perusahaan memiliki
beberapa kegiatan kecil yang tidak berkaitan langsung dengan
kegiatan-kegiatan utamanya, maka untuk kegiatan-kegiatan tersebut dapat
kita jadikan sebagai suatu pusat laba di bawah pengendalian dari eksekutif
dikantor pusat.
2.3 Pusat
pertanggungjawaban (Pengantar)
1. Pengertian
Pusat Pertanggungjawaban
Ukuran besarnya perusahaan serta
banyaknya jenis yang diproduk yang dihasilkan dapat merupakan alasan yang
rasional untuk membagi perusahaan kedalam berbagai pusat pertanggungjawaban.
Pusat pertanggungjawaban berkaitan erat dengan siapa yang bertanggungjawab,
bagaimana anggaran disusun dan diimplementasikan didalam kegiatan aktual.
Dimana didalam suatu pusat pertanggungjawaban tersebut seorang manajer divisi
diserahi fungsi produksi dan fungsi pemasaran, serta tentunya diberi
tanggungjawab untuk menghasilkan laba yang memadai sepadan dengan investasi
yang ditanamkan dalam bisnis divisi.
Seperti Pengertian Pusat
pertanggungjawaban menurut Anthony dan Govindarajan dalam bukunya “Management
Control System” mengemukakan sebagai berikut: “A Responsibility center
is an organization unit that is headed by a manager who is responsible for it’s
activities.” (2004 ; 131)
Pengertian pusat pertanggungjawaban
menurut Garrison dan Noreen dalam bukunya “Management Accounting” yang
diterjemaahkan oleh Totok Budisantoso menerangkan sebagai berikut:
“Pusat pertanggungjawaban secara luas
didefinisikan sebagai setiap bagian dari suatu organisasi yang manajernya
memiliki kendali atas biaya, penerimaan atau dana investasi”.(2000 ; 589)
Sedangkan pengertian pusat
pertanggungjawaban menurut Horngren, Foster dan Datar dalam bukunya “Cost
Accounting : A Managerial Emphasis” yang dialih bahasakan oleh Desi
Andhariani menjelaskan sebagai berikut:
“Pusat pertanggungjawaban adalah
bagian, segmen, atau sub unit dari organisasi yang manajernya bertanggungjawab
atas sekumpulan aktivitas tertentu”.(2005 ; 233)
Dari beberapa pengertian diatas maka
dapat disimpulkan bahwa pusat pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang
dipimpin oleh seorang manajer yang bertangungjawab atas aktivitas yang
dilakukan, termasuk mengendalikan biaya, penerimaan atau dana investasi. Pusat
pertanggungjawaban muncul untuk memenuhi satu atau lebih tujuan. Fungsi dari
pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan adalah untuk mengimplementasikan
strategi.
Suatu pusat pertanggungjawaban akan
menggunakan masukan-masukan yang dapat berupa sejumlah material, tenaga kerja
dan berbagai jenis jasa. Pusat pertanggungjawaban ini akan memerlukan modal
kerja (seperti persediaan dan piutang), peralatan dan asset lain untuk dapat mengolah masukan-masukan.
Sebagai hasilnya pusat
pertanggungjawaban akan memproduksi keluaran baik berupa barang ataupun jasa.
Produk yang dihasilkan oleh suatu pusat pertanggungjawaban bisa diserahkan
kepada pusat pertanggungjawaban yang lain, dimana output tersebut kemudian menjadi unit, atau bisa juga dilempar
ke pasar, sebagai output perusahaan
secara keseluruhan, dan hasil yang diperoleh disebut pendapatan.
2. Jenis-jenis Pusat
Pertanggungjawaban
Dalam akuntansi pertanggungjawaban,
laporan kinerja disusun untuk departemen, segmen departemen, atau pengelompokan
departemen yang beroperasi dibawah kendali dan otoritas manajer yang
bertanggungjawab. Setiap unit organisasi yang terhadapnya laporan kinerja
disusun diidentifikasikan sebagai sebuah pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban
(responsibility center) dapat
diklasifikasikan menurut lingkup tanggungjawab (scope of responsibility) yang didelegasikan dan otoritas
pengambilan keputusan (decision –
making authority) yang diberikan ke pundak manajer.
Terdapat empat jenis pusat
pertanggungjawaban (responsibility
center), seperti yang dipaparkan oleh Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi
Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa” adalah sebagai berikut:
”Berdasarkan karakteristik masukan dan
keluarannya dan hubungan diantara keduanya, pusat pertanggungjawaban dapat
dibagi menjadi empat, yaitu : Pusat Pendapatan, Pusat Biaya, Pusat Laba
dan Pusat Investasi ”.(2001 ; 425)
Sedangkan jenis pusat
pertanggungjawaban menurut Horngren, Foster dan Datar dalam bukunya “Cost
Accounting : A Managerial Emphasis” yang dialih bahasakan oleh Desi
Andhariani menjelaskan sebagai berikut:
”Ada empat jenis pusat
pertanggungjawaban:
a) Pusat biaya:
Manajer hanya bertanggungjawab atas biaya yang terjadi
b) Pusat pendapatan:
Manajer hanya bertanggungjawab atas pendapatan yang diperoleh
c) Pusat Laba:
Manajer hanya bertanggungjawab atas pendapatan dan biaya
d) Pusat Investasi:
Manajer hanya bertanggungjawab atas investasi, pendapatan dan biaya”.(2005 ;
233)
Dari pemaparan diatas jelas terlihat bahwa
pusat pertanggungjawaban terdiri dari empat type, dan akan dijelaskan
sebagai berikut:
- Pusat Pendapatan
Dalam pusat pendapatan, keluaran
diukur dalam satuan uang sebagai pendapatan. Dengan demikian pusat pendapatan
adalah sebuah organisasi pemasaran yang tidak bertanggungjawab atas perolehan
laba, berikut ini akan terlihat jelas tentang pengertian pusat pendapatan
menutut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan
Rekayasa” menerangkan bahwa:
”Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban
yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan pusat
pertanggungjawaban tersebut”.(2001 ; 426)
Menurut Bambang Hariadi dalam bukunya
“Akuntansi Manajemen Suatu Sudut Pandang” menerangkan bahwa:
”Pusat pendapatan yaitu pusat pertanggungjawaban
yang berwenang menentukan berbagai kebijaksanaan yang sangat mempengaruhi
besarnya pandapatan”. (2002 ; 269)
Dari kedua deinisi diatas maka dapat
disimpulkan bahwa manajer pusat pendapatan diukur kinerjanya dari pendapatan
yang diperoleh pusat pertanggungjawaban dan tidak dimintai pertanggungjawaban
mengenai masukannya, karena pusat pendapatan tidak dapat mempengaruhi pemakaian
masukan tersebut.
Sebagai contoh pusat pendapatan adalah
departemen pemasaran. Dimana departemen pemasaran bertanggungjawab terhadap
pencapaian pendapatan yang ditargetkan tanpa harus dibebani tanggungjawab
mengenai biaya yang terjadi di departemennya, karena biaya seringkali tidak
mempunyai hubungan dengan pendapatan yang diperoleh departemen tersebut
2. Pusat Biaya
Pusat biaya dianut secara luas karena
sedemikian banyaknya segmen bisnis yang tidak mempunyai tanggungjawab
pendapatan. Besar kecilnya pusat biaya tergantung pada aktivitas-aktivitasnya.
Pengertian pusat biaya menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen :
Konsep, Manfaat dan Rekayasa” adalah sebagai berikut:
“Pusat biaya adalah pusat
pertanggungjawaban yang manajernya diukur prestasinya atas dasar biayanya
(nilai masukannya)”. (2001 ; 426)
Sedangkan pengertian pusat biaya
menurut Bambang Hariadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen Suatu Sudut Pandang”
menerangkan bahwa:
“Pusat biaya (Expense Center)
adalah suatu segmen atau bagian dalam organisasi dimana manjernya
bertanggungjawab atas biaya yang terjadi dalam segmen tersebut”.(2002 ; 268)
Dari definisi-definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa didalam pusat biaya pertanggungjawaban manajernya adalah
untuk menghasilkan keluaran tertentu dengan masukan serendah mungkin, maka
tidak perlu mengukur pendapatan. Setiap pusat pertanggungjawaban mengkonsumsi
masukan dan menghasilkan keluaran. Dalam pusat biaya, keluarannya tidak dapat
atau tidak perlu diukur dalam wujud pendapatan. Hal ini disebabkan karena
kemungkinan keluaran pusat biaya tersebut tidak dapat diukur secara
kuantitatif, atau kemungkinan manajer pusat biaya tidak dapat bertanggungjawab
atas keluaran pusat biaya tersebut.
Kemampuan dalam mengendalikan biaya
sesuai rencana merupakan ukuran prestasi manajer pusat biaya. Departemen
personalia dan departemen akuntansi merupakan contoh pusat biaya yang keluarannya
sulit diukur secara kuantitatif. Meskipun keluaran departemen produksi mudah
diukur secara kuantitatif, namun karena tanggungjawab manajer pusat biaya
adalah untuk menghasilkan keluaran tertentu engan masukan serendah mungkin,
maka tidak perlu mengukur pendapatan (keluaran dinyatakan dalam satuan
rupiah)departemen produksi. Oleh karena itu departemen produksi biasanya
diperlakukan sebagai pusat biaya.
Terdapat dua bentuk umum dari pusat
biaya, yaitu pusat biaya teknik (engineered
expenses center) dan pusat biaya kebijakan (discretionary expense center).
Pembagian ini berkaitan dengan dua jenis biaya, yaitu biaya teknik dan biaya
kebijakan. Biaya teknik merupakan elemen biaya yang besar biayanya dapat
diperkirakan dan tepat atau sesuai dengan tingkat alasan yang dapat diyakini.
Contohnya adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku, perlengkapan
dan komponen lainnya. Biaya kebijakan yaitu biaya yang tidak mungkin ditetapkan
secara teknik. Jadi besarnya biaya yang terjadi tergantung pada penilaian
manajer mengenai jumlah yang tepat sesuai dengan situasi yang ada.
3. Pusat Laba
Pusat laba merupakan kebalikan dari
pusat biaya secara umum tidak memiliki kendali atas dana-dana investasi,
berikut pengertian pusat laba menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi
Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa” menerangkan definisi pusat laba
sebagai berikut:
”Pusat laba adalah pusat
pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan
pendapatan dan biaya pusat pertanggungjawaban tersebut”.(2001 ; 427)
Sedangkan pengertian pusat laba
menurut Bambang Hariadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen Suatu Sudut Pandang”
menerangkan bahwa:
”Pusat laba (profit center) adalah suatu bagian dalam organisasi dimana
manajernya bertanggungjawab terhadap pendapatan dan biaya yang terjadi dalam
organisasi”.(2002 ; 269)
Dari kedua definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa manajer pusat laba diukur kinerjanya dari selisih pendapatan
dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Oleh karena
itu didalam pusat laba, baik masukan ataupun keluarannya diukur dalam satuan
uang rupiah untuk menghitung laba yang dipakai sebagai pengukur kinerja
manajernya.
Untuk mengukur kinerja manajer pusat
laba, pendapatan yang dipakai sebagai komponen perhitungan laba tidak selalu
harus berasal dari penjualan produk atai jasa kepada pihak luar
perusahaan.Lebih jauh lagi mengenai pusat laba ini akan dijelaskan pada bagian
tersendiri, mengingat kaitannya yang sangat erat dengan pokok permasalahan yang
sedang diteliti.
4. Pusat Investasi
Bentuk pusat pertanggungjawabn yang
paling lengkap adalah pusat investasi. Pusat investasi memiliki semua hak
keputusan pusat biaya dan pusat laba serta hak keputusan atah jumlah modal yang
akan diinvestasikan.Pengertian pusat investasi menurut Mulyadi dalam bukunya
“Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa” menerangkan bahwa:
“Pusat investasi adalah pusat laba
yang manajernya diukur prestasinya dengan menghubungkan laba yang diperoleh
pusat pertanggungjawaban tersebut dengan investasi yang bersangkutan”.(2001 ;
427)
Sedangkan pengertian pusat investasi
menurut Bambang Hariadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen Suatu Sudut Pandang”
menerangkan bahwa:
“ Pusat investasi (investment center), sebagai
perluasan dari pusat laba, merupakan segmen atau bagian dimana manajernya
bertanggungjawab atas pendapatan, biaya dan investasi”. (2002 ; 271)
Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa pusat investasi pada dasarnya sama, karena kedua type
pusat pertanggungjwaban tersebut diukur kinerjanya dari kemampuan dalam
menghasilkan laba. Dari investasi yang ditanamkan dalam pusat
pertanggungjawaban tersebut. Ukuran prestasi manajer pusat investasi dapat
berupa ratio antara laba dengan investasi yang digunakan untuk memperoleh laba.
Sebuah pusat investasi merupakan
pengembangan utama dari ide pusat pertanggungjawaban karena pusat ini mencakup
semua elemen yang terdapat dalam tujuan perusahaan untuk memperoleh kembalian
investasi yang memuaskan. Laporan kinerja suatu pusat investasi tidak hanya
terbatas pada laba yang diperoleh tapi juga jumlah asset yang digunakan
dalam memperoleh laba.
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
3.1 Kesimpulan
pengendalian manajemen terdiri atas struktur pengendalian
manajemen dan proses pengendalian manajemen yang meliputi tindakan untuk
menuntun dan memotivasi usaha pencapaian tujuan dan tindakan untuk mendeteksi
dan memperbaiki pelaksanaan yang tidak efektif dan efisien. Untuk memastikan
bahwa tujuan strategi organisasi dapat tercapai maka suatu organisasi harus
dikendalikan Sistem pengendalian manajemenlah yang membantu para manajer untuk
menjalankan organisasi kearah tujuan strateginya. Sistem pengendalian manajemen
terdiri dari Struktur pengendalian manajemen dan proses pengendalian manajemen.
Struktur pengendalian manajemen dinyatakan dalam bentuk unit organisasi dan
sifat informasi yang ada diantara unit-unit ini. Secara umum sistem
pengendalian manajemen akan berpusat pada bermacam-macam jenis pusat
pertanggungjawaban. Sedangkan proses pengendalian manajemen meliputi hubungan komunikasi informal dan
interaksi antara manajer dengan karyawan
3.2 Penutup
Demikian hal-hal yang dapat kami paparkan dalam makalah
ini, atas segala kekurangannya kami mohon maaf.
Di Susun Oleh :
TIWI AGUSTINA
043061111066
Semester 5
0 komentar:
Posting Komentar