Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami semua kekuatan
serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Bahasa
Indonesia yang berjudul “Pembentukan Kata dan Kalimat” dapat selesai
seperti waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya
tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil
dan spiritual, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dosen pengasuh mata
kuliah Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah
2. Orang tua yang telah
memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga makalah ini dapat
terselesaikan
3. Teman-teman yang telah
membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah ini dapat di selesaikan
Semoga Tuhan
Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas budi baik yang tulus dan ihklas
kepada semua pihak yang penulis sebutkan di atas. Tak ada gading yang tak
retak, untuk itu kamipun menyadari bahwa makalah yang telah kami susun dan kami
kemas masih memiliki banyak kelemahan serta kekurangan-kekurangan baik dari
segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu penulis membuka pintu yang
selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat memberikan saran dan kritik yang
membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Dan apabila di
dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan di hati pembaca
mohon dimaafkan.
Sukabumi,
September 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………
|
|
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………………
|
|
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………
|
|
A. Latar Belakang
…………………………………………………………………………………
|
|
B. Rumusan Masalah
…………………………………………………………………………….
|
|
C. Tujuan……………………………………………………………………………………………
|
|
D. Manfaat………………………………………………………………………………………….
|
|
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………
|
|
A. Pengertian Kata
………………………………………………………………………………..
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………
|
|
A. Kesimpulan
……………………………………………………………………………………..
|
|
B. Saran……………………………………………………………………………………………
|
|
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………
|
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata adalah
unsur bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Ada
banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata
dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk
memahami cara pembentukan kata-kata tersebut, kita sebaiknya mengetahui lebih
dahulu beberapa konsep dasar dan istilah dari pembentukan kata.
Pemakaian kata
secara tepat dalam kalimat merupakan ciri khas bahasa Indonesia ragam ilmiah.
Kata-kata yang digunakan adalah kata yang bermakna tunggal dan denotatif. Kata
yang bermakna tunggal digunakan untuk menghindari timbulnya berbagai penafsiran
terhadap gagasan yang dikemukakan dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kata
denotatif adalah kata-kata yang mengandung makna sebenarnya tanpa dikaitkan
dengan nilai rasa.
Untuk memperoleh
ketepatan penggunaan kata dalam kalimat, penulis harus paham betul akan makna
ataupun konsep yang terwakili dalam kata-kata yang dipilihnya. Dalam memilih
kata yang tepat untuk suatu kalimat dibutuhkan pengetahuan tentang gagasan yang
dikemukakan dalam kata itu. Di samping itu, pengetahuan tentang ciri-ciri kata
benda, kata kerja, dan kata sifat harus pula kita miliki.
Begitu juga
dalam proses pembentukan kalimat, kita harus mengetahui dan tahu menempatkan
unsur-unsur dalam kalimat yaitu subjek, predikat, objek, keterangan, dan
pelengkap.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang
di atas, masalah yang mungkin akan muncul antara lain:
1. Bagaimanakah proses
pembentukan dari sebuah kata dan kalimat ?
2. Hal-hal apa sajakah yang perlu
diperhatikan dalam pembentukan kata dan kalimat ?
3. Masalah apa sajakah yang
timbul dari pembentukan kata ?
C. Tujuan
Tujuan yang dicapai dalam
pembuatan makalah pembentukan kata dan kalimat ini adalah:
1. Mahasiswa diharapkan mampu
mengerti dan memahami tentang pembentukan kata dan kalimat.
2. Mahasiswa diharapkan mampu
menganalisis proses pembentukan kata dan kalimat.
3. Mahasiswa diharapkan mampu
memecahkan persoalan atau masalah-masalah yang timbul dari pembentukan kata dan
kalimat.
D. Manfaat
Manfaat yang
dapat diperoleh dari pembuatan makalah pembentukan kata dan kalimat ini adalah
untuk mengetahui dan memahami tentang proses pembentukan kata dan kalimat serta
hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam proses pembentukan kata dan
kalimat. Setelah mengetahui tentang proses pembentukan kata dan kalimat yang
benar, mahasiswa akan dapat memecahkan dan menyelesaikan persoalan terkait
dengan masalah pembentukan kata dan kalimat.
BAB II
PEMBAHASAN
Kalimat adalah
satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan
menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam
wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan
berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda
tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan
kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan
maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P).
Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat
melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat. Dalam makalah ini tentunya akan membahas daripada
unsur-unsur pembentuk kalimat yaitu :
2.1 Kata
Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri atau kata adalah
kumpulan dari beberapa huruf yang mengandung arti tersendiri.
A. Jenis
Jenis Kata
1)
Nomina (kata benda)
nama dari seseorang, tempat atau semua benda dan segala yang di bendakan, misalnya: buku, meja, dll.
nama dari seseorang, tempat atau semua benda dan segala yang di bendakan, misalnya: buku, meja, dll.
2)
Verba (kata kerja)
kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari, dll.
kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari, dll.
3)
Adjectiva (kata sifat)
kata yang menjelaskan kata benda, misalnya: keras, cepat.
kata yang menjelaskan kata benda, misalnya: keras, cepat.
4)
Adverbia (kata keterangan)
kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya: sekarang, agak, dll.
kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya: sekarang, agak, dll.
5)
Promina (kata ganti)
kata penggati kata benda, misalnya: ia, itu, dll.
kata penggati kata benda, misalnya: ia, itu, dll.
6)
Numeralia (kata bilangan)
kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukan urutannya dalam suatu deretan, misalnya: satu, kedua, dll.
kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukan urutannya dalam suatu deretan, misalnya: satu, kedua, dll.
7)
Kata dasar (akar kata)
kata yang paling sedarhana yang belum memiliki imbuhan, juga dapat di kelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi berbedaan kedua bentuk ini tidak dapat di bahas di sini.
kata yang paling sedarhana yang belum memiliki imbuhan, juga dapat di kelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi berbedaan kedua bentuk ini tidak dapat di bahas di sini.
B. Pembentukan Kata
Untuk dapat digunakan di dalam kalimat atau pertuturan tertentu, maka
setiap bentuk dasar, terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus
dibentuk lebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal, baik melalui proses
afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi. Pembentukan kata ini
mempunyai dua sifat, yaitu:Inflektif, Alat yang digunakan untuk penyesuaian bentuk itu biasanya berupa afiks,
yang mungkin berupa prefiks, infiks, dan sufiks atau juga berupa modifikasi
internal, yakni perubahan yang terjadi di dalam bentuk dasar itu.
Derivatif, Pembentukan kata
secara infektif, tidak membentuk kata baru, atau kata lain yang berbeda
identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal ini berbeda dengan
pembentukan kata secara derivatif atau derivasional. Pembentukan kata secara
derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama
dengan kata. Berikut ini beberapa proses
pembentukan kata, yaitu :
1)
Gramatikalisasi
Proses
gramatikalisasi adalah proses perubahan tataran dari morfem ke kata, yang dalam
tataran sintaksis merupakan perubahan tataran pertama. Tidak semua morfem
dengan sendirinya dapat langsung berubah menjadi kata. Seperti morfem ber-,
ter-, ke-, dan sejenisnya yang tergolong morfem terikat tidak dapat langsung
menjadi kata. Seperti halnya juang tidak dapat langsung
menjadi kata karena juang termasuk morfem terikat.
Sedangkan rumah dapat langsung menjadi kata karena
dapat berdiri sendiri dan bermakna.
2)
Afiks (imbuhan)
Satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila di
tambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks
tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata
dasar. istilah afiks termasuk, prefiks, sufiks, dan konfiks.
Ø
Prefiks (awalan)
Afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.
Afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.
Ø
Sufiks (akhiran)
Afiks yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.Contoh; Gilang –em- = gemilang
Afiks yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.Contoh; Gilang –em- = gemilang
Ø
Konfiks (sirkumfiks / simulfiks).
Konfiks yang
terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di belakang
bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi. Konfiks adalah satu
afiks dengan satu makna gramatikal, sedangkan kombinasi afiks bukanlah satu
afiks, dan kemungkinan dengan beberapa makna gramatikal.
Dalam bahasa
Indonesia setidak-tidaknya ada empat konfiks yaitu: ke-…-ar, pen-…-an,
per-…-an, dan ber-…-an.
Contoh: keadaan, pengiriman, persahabatan, bertolongan.
Ø Kombinasi Afiks
Kombinasi afiks
adalah pembentukan kata berupa pemberian afiks. Secara kombinasi dari dua afiks
atau lebih yang dihubungkan dengan sebuah bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia
misalnya dikenal beberapa kombinasi afiks: me-kan, me-i,
memper-kan, memper-i, ber-kan, pe-an, dan se-nya.
3)
Reduplikasi
Reduplikasiadalah proses
morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian
(parsial), maupun dengan perubahan bunyi, seperti meja-meja (dari dasar meja),
reduplikasi sebagian seperti lelaki (dari dasar laki), dan reduplikasi dengan
perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari dasar balik). Reduplikasi semu,
seperti mondar-mandir, yaitu sejenis bentuk kata yang tampaknya sebagai hasil
reduplikasi, tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang diulang.
Proses reduplikasi dapat bersifat paradigmatis (infleksional) dan dapat
pula bersifat derivasional. Reduplikasi yang paradigmatic tidak mengubah
identitas leksikal, melainkan hanya memberi makna gramatikal. Misalnya,
meja-meja berarti “banyak meja” dan kecil-kecil yang berarti “banyak yang
kecil”. Yang bersifat derivasional membentuk kata baru atau kata yang identitas
leksikalnya berbeda dengan bentuk dasarnya. Dalam bahasa Indonesia bentuk
laba-laba dari dasar laba dan pura-pura dari dasar pura.
Khusus mengenai reduplikasi dalam bahasa Indonesia ada beberapa catatan
yang perlu dikemukakan, yakni:
Pertama, bentuk dasar
reduplikasi dalam bahasa Indonesia dapat berupa morfem dasar seperti meja yang
menjadi meja-meja, bentuk berimbuhan seperti pembangunan yang menjadi
pembangunan-pembangunan, dan bisa juga berupa bentuk gabungan kata seperti
surat kabar yang menjadi surat-surat kabar atau surat kabar-surat kabar.
Kedua, bentuk reduplikasi yang disertai afiks
prosesnya mungkin:
·
Proses
reduplikasi dan proses afiksasi itu terjadi bersamaan seperti pada bentuk
berton-ton dan bermeter-meter.
·
Proses
reduplikasi terjadi lebih dahulu, baru disusul oleh proses afiksasi, seperti
pada berlari-lari dan mengingat-ingat (dasarnya lari-lari dan ingat-ingat)
·
proses afiksasi terjadi lebih dahulu, baru kemudian diikuti oleh proses
reduplikasi, seperti pada kesatuan-kesatuan dan memukul-memukul (dasarnya
kesatuan dan memukul).
Ketiga, pada dasar yang berupa gabungan kata, proses reduplikasi mungkin harus
berupa reduplikasi penuh, tetapi mungkin juga hanya berupa reduplikasi parsial.
Misalnya, ayam itik-ayam itik dan sawah ladang-sawah ladang (dasarnya ayam itik
dan sawah ladang) contoh yang reduplikasi penuh, dan surat-surat kabar serta
rumah-rumah sakit (dasarnya surat kabar dan rumah sakit) contoh untuk
reduplikasi persial.
Keempat, banyak orang menyangka bahwa reduplikasi dalam bahasa Indonesia hanya
bersifat paradigmatis dan hanya memberi makna jamak atau kevariasian. Namun,
sebenarnya reduplikasi dalam bahasa Indonesia juga bersifat derivasional. Oleh
karena itu, munculnya bentuk-bentuk seperti mereka-mereka, kita-kita,
kamu-kamu, dan dia-dia tidak dapat dianggap menyalahi kaidah bahasa Indonesia.
Kelima, ada pakar yang menambahkan adanya reduplikasi semantis, yakni dua buah
kata yang maknanya bersinonim membentuk satu kesatuan gramatikal. Misalnya, ilmu
pengetahuan, hancur, luluh, dan alim ulama.
Keenam, dalam bahasa Indonesia ada bentuk-bentuk seperti kering kerontang, tua
renta, dan segar bugar di satu pihak; pada pihak lain ada bentuk-bentuk seperti
mondar-mandir, tunggang-langgang, dan komat-kamit, yang wujud bentuknya perlu
dipersoalkan.
4)
Komposisi
Komposisi adalah hasil dan
proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun
yang terikat sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas
leksikal yang berbeda atau yang baru.
Dalam bahasa Indonesia proses komposisi ini sangat produktif. Hal ini dapat
dipahami, karena dalam perkembangannya bahasa Indonesia banyak sekali
memerlukan kosakata untuk menampung konsep-konsep yang belum ada kosakatanya
atau istilahnya dalam bahasa Indonesia. Produktifnya proses komposisi itu dalam
bahasa Indonesia menumbulkan berbagai masalah dan berbagai pendapat karena
komposisi itu memiliki jenis dan makna yang berbeda-beda. Masalah-masalah itu
antara lain masalah kata majemuk.
Prinsip ringkas penulisan kata gabungan adalah:
Ø Ditulis terpisah antar unsurnya. Contoh: darah daging.
Ø Boleh diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian dan menghindari salah
pengertian. Contoh: orang-tua muda.
Ø Ditulis terpisah jika hanya diberi awalan atau akhiran. Contoh: berterima
kasih.
Ø Ditulis serangkai jika sekaligus diberi awalan dan akhiran. Contoh:
menyebarluaskan.
Ø Ditulis serangkai untuk beberapa lama yang telah ditentukan. Contohnya: manakala,
kilometer.
5)
Konversi dan Modifikasi Internal
Konversi, sering juga disebut derivasi zero, transmutasi dan transposisi,
adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa
perubahan unsur segmental.
Modifikasi internal (sering disebut juga penambahan internal atau perubahan
internal) adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (yang
biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap
Contoh :
Kataba
'dia laki-laki menulis'
Maktu:b
'sudah ditulis. dll.
6)
Pemendekan
Pemendekan adalah proses
penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah
bentuk singkat tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya. Hasil
proses pemendekan ini kita sebut kependekan. Misalnya, bentuk lab (utuhnya
laboratorium), hlm (utuhnya halaman), l (utuhnya liter), hankam (utuhnya
pertahanan dan keamanan), dan SD (utuhnya Sekolah Dasar).
2.2 Klausa
2.3 Frasa
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah
pembentukan kata dan kalimat ini adalah:
1. Pembentukan
kata mempunyai dua sifat, yaitu pertama membentuk kata-kata yang bersifat
inflektif, dan kedua yang bersifat derivatif.
2. Afiksasi
asalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar.
3. Prefiks
adalah afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar. Sufiks adalah afiks yang
diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar. Infiks adalah afiks yang diimbuhkan
di tengah bentuk dasar. Konfiks adalah afiks yang berupa morfem terbagi, yang
bagian pertama berposisi pada awal bentuk dasar, dan bagian yang kedua
berposisi pada akhir bentuk dasar. Interfiks adalah sejenis infiks atau elemen
penyambung yang muncul dalam proses penggabungan dua buah unsur.
4. Reduplikasi
adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan,
secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi.
5. Komposisi
adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik
yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang
memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru.
6. Konversi
adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa
perubahan unsur segmental.
7. Modifikasi
internal adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (yang
biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap.
8. Pemendekan
adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga
menjadi sebuah bentuk singkat tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk
utuhnya.
9. Kalimat
adalah adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,mepunyai pola
intonasi final,dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.
10. Subjek
adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu
hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya
diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.
11. Predikat
adalah adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau
dalam keadaan bagaimana S (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat).
12. Objek
adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nominal,
frasa nominal, atau klausa.
13. Pelengkap
adalah bagian kalimat yang melengkapi P.
B. Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut,
saran yang dapat saya berikan adalah:
1. Perlunya pemahaman yang lebih
mendalam terhadap proses pembentukan kata dan kalimat.
2. Perlu adanya batasan-batasan
yang jelas mengenai materi yang termasuk dalam pembentukan kata dan kalimat.
3. Dibutuhkan banyak referensi,
baik dari buku, internet, maupun surat kabar.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Moeliono,
Anton M. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
0 komentar:
Posting Komentar