DAB DALAM BERPAKAIAN
- 1. Pengertian adab dalam berpakaian
Jika
diperhatikan cara berpakaian seperti saat ini, terutama dikalangan para
remaja puteri tampaknya sudah jauh dari tuntunan Islam. Mereka sudah
tidak malu-malu lagi mempertontonkan auratnya, bahkan menjadi suatu kebanggaan
bagi mereka. Alasannya, jika tidak berpakaian seperti itu dianggap tidak
mengikuti perkembangan mode. Kita boleh saja mengikuti perkembangan mode
tetapi jangan sampai mejgobral aurat. Jika demikian, bagaimana berpakaian
menurut islam ?
Menurut
ajaran Islam, berpakaian adalah mengenakan pakaian untuk menutupi aurat, dan
sekaligus perhiasan untuk memperindah jasmani seseorang. Sebagaimana ditegaskan
Allah Swt, dalam firman-ya:
يبَنِيْ~ ادَمَ
قَدْاَنْزَلْنَاعَلَيْكُمْ لِبَاثًايُوَارِيْ سَوْاتِكُمْ وَرِيْشًاوَلِبَاسُ
التَّقْوى
ذلِكَ خَيْرٌ طْذلِكَ
مِنْاايتِ الله لَعَلَّهُمْ يَذَّكَُّرُوْنَ ﴿ الأءاف : ٢٦﴾
Artinya:
“Wahai anak
Adam! Susungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan
untuk perhiasan bagaimu tetpi takwa itulah yang lebih baik. Demikianlah
sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalui ingat.” (Q.S. Al-A’raf:26)
Ayat
trsebut memberi acuan cara berpakaian sebagaimana dituntut oleh sifat takwa,
yaitu untuk menutup aurat dan berpakaian rapi, sehingga tanpak simpati dan
berwibawa serta anggun dipandangnya, bukan menggiurkan dibuatnya.
Islam
sangan menganjurkan kepada umatnya untuk selalu tanpil rapi dan bersih dalam
kehidupan sehari-hari. Karena kerapian dan kebersihan ini, Rasulullah
saw. Menyatakan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman.
Artinya, orang beriman akan selalu menjaga kerapian dan kebersihan kapan dan di
mana dia berada. Semakin tinggi imam seseorang maka dia akan semakin
menjaga kebersihan dan kerapian tersebut. Sabda Rasulullah saw. dari
riwayat Abu Darda :
اَلنَّضأَ فَةُ مِنَ اْلاِيْمَانِ
Artinya
:
“Kebersihan
merupakan bagian dari iman”
Pakaiana
yang kita kenakkan harus sesuai dengan tuntutan Islam dan sebaliknya
disesuiakan dengan situasi dan kondisi. Pada saat menghadiri pesta, kita
menggunakan pakaian yang cocok untuk berpesta, misalnya kemeja, baju batik,
pada saat tidur, kita cukup menggunakan piyama; dan begitu seterusnya.
Disamping itu, pemilihan model dan warna pakaian juga harus disesuaikan dengan
badan kita, sehingga menjadi serasi dan tidak menjadi bahan tertawaan orang
lain.
- 2. Contoh adab dalam berpakaian
Didalam
ajaran Isalam, berpakaian tidak hanya sekedar kain penutup badan, tidak hanya
sekedar mode atau trend yang mengikuti perkembangan zaman. Islam
mengajarkan tata car atau adab berpakaian yang sesuai dengan ajaran agama, baik
secara moral, indah dipandang dan nyaman digunakan. Diantara adab berpakaian
dalam pandangan Islam yaitu sebagai berikut:
a)
Harus memperhatikan syarat-syarat pakaian yang islami, yaitu yang dapat
menutupi aurat, terutama wanita
b)
Pakailah pakaian yang bersih dan rapi, sehingga tidak terkesan kumal dan dekil,
yang akan berpengaruh terhadap pergaulan dengan sesame
c)
Hendaklah mendahulukan anggota badan yang sebelah kanan, baru kemudian sebelah
kiri
d)
Tidak menyerupai pakaian wanita bagi laki-laki, atau pakaian laki-laki bagi
wanita
e)
Tidak meyerupai pakaian Pendeta Yahudi atau Nasrani, dan atau melambangkan
pakaian kebesaran agama lain
f)
Tidak terlalu ketat dan transparan, sehingga terkesan ingin memperlihatkan
lekuk tubuhnya atau mempertontonkan kelembutan kulitnya
g)
Tidak terlalu berlebihan atau sengaja melebihkan lebar kainnya, sehingga
terkesan berat dan rikuh menggunakannya, disamping bisa mengurangi nilai
kepantasan dan keindahan pemakainya
h)
Sebelum memakai pakaian, hendaklah berdoa terlebih dahulu, yaitu :
اَلْحَمْدُللهِ الَذِ يْ كَسَانِيْ
هذَاالثَّوْبَ وَرَزَقَنِيْ مِنْ غَيْرِحَوْلٍــ
مِنِّيْ وَلاَقُوَّةٍ
Artinya
:
“Segala puji
bagi Allah yang telah memberi pakaian dan rezeki kepadaku tanpa jerih payahku
dan kekuatanku”
- 3. Mempraktikkan adab berpakaian dalam kehidupan sehari-hari
Sebagiana
muslim yang beriman, hendaknya kamu berpakaian sesuai dengan ajaran
Islam. Bagi wanita, pakaiannya harus menutupi seluruh aurat. Artinya,
seluruh tubuhnya harus tertutup oleh pakaian (busana), kecuali muka dan kedua
telapak tangan. Selain itu, seorang muslim juga harus menggunakan pakaian
yang pantas dan menarik untuk dipandang, sesuai dengan ukuran tubuhnya.
Begitu pula bagi seorang muslim, pakaiannya harus menutupi aurat dan tidak
berlebihan.
Sebagi
remaja mesjid, hendaknya kamu yang mulai membiasakan diri berpakaian secara islami
sesuai adab berpakaian dalam Islam. Bagi yang sudah melakukannya, pertahankan
sampai akhir hayatmu, bagi yang belum, mulailah dari sekarang berpakaian secara
Islam. ridak ada kata terlambat untuk berbuat kebaikan . Kamu tidask perlu
merasa malu untuk mempraktekkan adab pakaian secara islami, bahkan sebaliknya
harus merasa bangga dan percaya diri terhadap apa yang kamu lakukan.
untuk
mebiasakan diri mempraktikkan adab berpakaian secara Islami, hendaklah terlebih
dahulu untuk [erhatikan hal berikut ini :
a)
Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar niat niat yang baik tidak
tergoyahkan
b)
Yakinkan dalam hati bahwa menutup aurat bagi seorang muslim dan muslimah adalah
wajib hukumnya, sehingga akan mendapat dosa bagi yang meninggalkannya
c)
Tanamkan keyakinan bahwa Islam tidak bermaksud memberatkan umatnya dalam
berpakaian, bahkan sebaliknya memberikan kebebasan dan perlindungan bagi harkat
dan martabat umatnya.
d)
Tanamkan rasa bangga telah berpakaian sesuai ajaran Islam, sebagai perwujudan
keimanan yang kuat dri diri seorang muslim/muslimah
e)
Ayo, mulailah dari sekarang.
ADAB BERHIAS
- 1. Pengertian adab berhias
Berhias
artinya berdandan atau merapikan diri baik fisiknya maupun pakiannya.
Berhias dalam pandangan Islam adalah suatu kebaikan dan sunah untuk dilakukan,
sepanjang untuk ibadah atau kebaikan.
Menghiasi
diri agar tmpil menarik dan tidak mengganggu kenyamanan orang lain yang
memandangnya, merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim, terutama bagi kaum
wanita di hadapan suaminya, dan kaum pria dihadapan istrinya.
Islam
tidak umatnya berhias dengan cara apa pun, sepanjang tidak melanggar
kaidai-kaidah agama atau melanggar kodrat kewanitaan dan kelaki-lakian, serta
tidak berlebihan dalam melakukannya. Wanita tidak boleh berhias dengan cara
laki-laki, begitu pula dengan sebaliknya laki-laki tidak boleh berhias seperti
layaknya wanita. Sebab yang demikian itu dilarang dalam ajaran Islam.
Perhatikan
sabda Rasullulah saw, yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib;
لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلّرِجَأَل اْلمُتَشَابِهِيْنَ بِالنِّسَـاءِ
وَالنِّسَـاءِوَالنِّسَـاءَاْلمُتَشَابِهَاتِ
بِالرِّجَالِــ. ﴿رواهالداقـطنى﴾
Artinya
:
“Rasulullah
saw, mengutuk (membeci) laiki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang
menyerupai laki-laki.” (H.R. Daruquthni)
Dengan
demikian, berhias menurut ajaran Islam harus sesuai dengan adab dan tata cara
yang Islami. Sehingga perbuatan menghiasi diri, selain membuat penampilan
menjadi indah dan menarik, juga mendapat nilai ibadah dari Allah Swt.
- 2. Contoh adab dalam berhias
Agama
Islam mengajarkan kepada kita agar senantiasa tampil rapid an menarik.
Artinya, setiap saat kita boleh berhias sekedar untuk membuat kenyamanan bagi
diri sendiri dan oran lain yang memandangnya. Misalnya, menyisisr atau
memotong rambut dan merapikannya, membersihkan pakaian dan menyetrikanya, dan
sebagainya. Apabila, kalau berhias untuk tujuan ibadah kepada Allah
swt. Misalnya, berhias untuk melaksanakan shalat lima waktu, untuk pergi
pengajian, ke sekolah atau tempat0tempat kebaikan.
Perhatikan
firman Allah Swt ;
يَبَنِيْ اَدَمَ خُذُوْازِيْنَتَكُمْ
عِنْدَكُلِّ مَسْجِدٍوَكُلُوْاوَاشْرَبُوْا
وَلاَتُسْرِفُوْااِنَّه لاَيُحِبُّ
الْمُسْرِفِيْنَ. ﴿الأعراف :٣١﴾
Artinya
:
“Wahai anak Adam, pakailah pakainmu yang bagus pada setiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah tetapi janganlah berlebih-lebihan.
Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”(Q.S. Al-A’raf:31)
Islam
tidak menyukai umatnya yang tidak pandai menghias diri, sehingga penampilannya
tanpak kumuh, kumal dan dekil. Sebab hal yang demikian itu tidak dapat
mengangkat citra islam di mata orang lain. Islam sangat meyukai keindahan
dan keserasian, maka berhiaslah agar kamu tanpak indah dipandang dan menarik
diperhatikan. Keindahan itu milik Allah, dan Dia menyukai keindahan.
Perhatikan
sabda Rasulullah saw. dari riwayat Abdullah bin Abi Aufa:
اِنَّ اللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ
اْلجَمَالَــ ﴿رواه أحـمد﴾
Artinya:
“Sesungguhnya
Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan.” (H.R Ahmad)
Namun
demikian, ketika kita berhias atau berdandan maka hendaknya maka hendaknya
menggunakan tata cara atau adab secara Islami, yaitu antara lain:
a)
Memakai perhiasan atau alat-alat untuk berhias yang halal dan tidak mengandung
efek ketergantungan. Misalnya, alat-alat kecantikan tidak mengandung
lemak babi, alcohol tinggi, benda-benda yang mengandung najis dan sebagainya
b)
Menggunkan alat-alat atau barang-barang hias sesuai kebutuhan dan kepantasan,
dan tidak berlebihan. Misalnya, menggunakan lipstik melebihi garis bibir,
bedak yang terlalu tebal, parfum yang berbau menyengat, dan sebagainya
c)
Mendhulukan anggota sebelah kanan, beu kemudian sebelah kiri
d)
Berhiaslah untuk tujuan ibadah atau kebaikan, misalnya untuk melaksanakan
salat, mengaji, belajar, menyabut suami tercinta, dan sebagainya.
e)
Membaca “Basmalah” setiap kali akan memualai berhias, agar mendapatkan berkah
dan pahala
f)
Membaca doa setiap kali menghadap cermin untuk berhias
اَللَّـهُمَّ جَمِّلْنِيْ بِالْعِلْمِ
وَالتَّقْوَى وَزَيِّنِيْ بِالْحِلْمِ وَاْلاَخْلاَقِ اْلكَرِيْمَةِ.
Artinya
:
“Ya Allah, percantiklah aku dengan ilmu dan takwa, dan
hiasilah aku dengan hati yang lembut dan budi pekerti mulia”
- 3. Mempraktikkan adab berhias dalam kehidupan sehari-hari
Dalam
kehidupan sehari hari, kita sering sekali menghias diri,. Paling sehabis mandi
pagi, ketika hendak berangkat pergi, baik kesekolah maupun ke tempat
kerja. Oleh karena itu, hendaknya mulai membiasakan diri secara islami,
sesuai dengan adab dan tata cara menurut ajaran Islam, agar selain dapat tampil
rapid an indah dipandang, juga mendapat pahala dai Allah Swt.
Untuk
dapat mempraktikkan adab berhias secara Islami, hendaknya kamu perhatikan
terlebih dahulu beberapa hal berikut :
a)
Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar dalam berhias sehari-hari tidak
tergoda oleh buju rayu setan yang selalu mengajak berlebihan
b)
Tanamkan keyakinan bahwa berhias termasuk ibadah mendapat pahala, sepanjang
tidak dipakai maksiat.
c)
Tanamkan niat, yang suci bahwa berhias hanya untuk kebaikan semata, menambah
kepaercayaan diri, dan mengangkat citra agama,
d)
Hindari berhias yang hanya untuk mengharapkan pujian dan sanjungan dari orang
lain atau bermaksud menggoda orang lain agar tertarik padanya.
e)
Mulailah mempraktikkan adab berhias secara islami dari sekarang, agar kelak
terbiasa menjadi seorang yang pandai berhias untuk ibadah dan kebaikan.
ADAB BERPERGIAN (DALAM PERJALANAN)
- 1. Pengertian adab berpergian
Berpergian
artinya pergi ke luar rumah, baik untuk tujuan jarak jauh maupun jarak
dekat. Setiap orang pasti adakalnya meninggalkan rumah, bahkan mungkin
hamper setiap hari kita meninggalkan rumah, baik untuk tujuan bekerja mencari
nafkah maupun untuk tujuan belajar mencari ilmu.
Dalam
agama Islam, berpergian keluar rumah, itu harus menggunakan adab atau tata
cara, sehingga kepergian kita tidak meninggalkan hal-hal yang tidk diinginkan ,
dan dapat kemabli kerumah dengan senang dan damai. Selain itu,berpergian
meninggalkan rumahkita akan berada di tengah perjalanan. Oleh karena itu,
baik yang pergi maupun yang ditinggalkan hendaknya saling mendoakan agar
keduanya selamat dan dalam lindungan Allah Swt.
Dengan
demikian, setiap muslim yang beriman hendaknya memegang teguh adab berpergian
yang sesuai dengan ajaran islam.
- 2. Contoh adab dalam perjalanan
contoh
adab berpergian menurut ajaran agama Islam, yaitu sebagai berikut:
a)
Mengucapkan salam ketika hendak meninggalkan rumah, agar Allah memberikan
keselamatan baik bagi yang pergi maupun yang ditinggalkan
b)
Menulis wasiat atau pesan jika ada hal-hal yang dianggap penting, dan
jika berpergian menuju tempat yang sangat jauh dan memakan waktu lama
c)
Saling memaafkan satu sama lain, sehingga tidak ada beban bagi yang hendak
pergi maupun yang ditinggalkan
d)
Membaca doa sebelum meninggalkan atau keluar rumah, Doanya ialah:
لبِسْـــمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَ
اللهِ لاَحَوْلَــ وَلاَقُوَةَاِلاَّبِاللهِ
Artinya
:
“Dengan nama
Allah aku berserah diri kepada Allah,tidak ada daya dan tidak ada kekuatan
kecuali dengan pertolongan Allah”
e)
Berniat sengaja berpergian untuk bekerja atau belajar demi mencari ridha SWT
- 3. Mempraktikkan adab berpergian dalam kehidupan sehari-hari
Sebagai
pelajar muslim, hendaknya kamu mulai mempraktekkan adab berpergian secara
islami sejak sekarang dalam kehidupan sehari-hari, agar kelak kamu menjadi
seorang yang memiliki akhlak terpuji ketika hendak berpergian.
Sebelum
anda mempraktikkan adab berpergian secara Islami, hendaknya kamu perhatikan
terlebih dahulu ketika hendak berpergian
a)
Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar tidak mudah tergoda oleh bujuk
rayu setan di tengah perjalanan
b)
Tanamkan keyakinan bahwa setiap perbuatan baik akan mendapat pahala dari Allah
SWT, termasuk berpergian dengan baik.
c)
Jangan melenceng dari niat baik semula, agar perjalanan bejalan dan
selamat. Misalnya, niat berpergian hendak belajar, tapi tenyata melenceng
justru jalan-jalan di mal atau di tempat bermain.
d)
Jangan berpergian tanpa arah tujuan yang jelas, sebab hal itu hanya dapat
menghambur-hamburkan harta, tenaga, pikirann dan sebagainya. Lebih
berbahaya jika akhirnya tersesat di tengah perjalanan
e)
Setiap hendak berpergian harus terlebih dahulu member tahu anggota keluarga
yang lain, agar jika terjadi sesuatu dapat mudah menghubungi atau dihubungi
f)
Mualailah memprkatikkan adab berpergian dari sekarang
g)
Selamat memulai
ADAB BETAMU
- 1. Pengertian adab bertamu
Dalam
ajaran Islam ada dua konsep yang harus ditegakkan, yaitu Hablum minallah dan
Hablum minannas, Hablum Minallah artinya melakukan hubungan
dengan Allah, sedangkan Hablum minannas artinya melakukan hubungan antar
sesame manusia. Bertemu termasuk salah satu dari kegiatan hablum
minannas. Jika demikian, apa bertamu itu sebenarnya?
Bertamu
adalah berkunjung ke rumah orang lain dalm rangka mempererat silaturahim.
Maksud orang lain di sini adalah tetangga, saudara (sanak famili), teman
sekantor, teman seprofesi dan sebagainya. bertemu tentu ada maksud dan
tujuannya, antara lain menjeguk yang sedang sakit, ngobrol-ngobrol biasa,
membicarakan bisnis, membicarakan masalah keluarga keluarga dan sebagainya.
Apapun
alasannya, seseorang berkunjung kerumah orang lain (bertamu) tidaklah menjadi
persoalan. Yang jelas bertamu itu pada hakekatnya mempererat silaturahmi
atau tali persaudaraan. Orang suka bersilaturahmi akan dilampangkan
rezekinya dan dipanjangkan umurnya, sebagaimana hadis Rasulullah saw, dari
riowayat Abu Hurairah:
قَالَـ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ اَحَبُّ اَنْ يُبْسَـطَ
لَهُ فِى رِزْقِهِ وَيُنْسَـاَلَهُ
فِى اَثَرِهِ فَلْيَصِـلْ رَحِمَهُ.
﴿رواه البخارى ومسـلم عن أبى هريرة﴾
Artinya
:
“Sabda Rasulullah saw.”Burung siapa yang menginginkan
diperluas rezekinya dan diperpanjang umurnya maka sebaiknya ia bersilaturahmi.”
(H.R Bukhari Muslim)
Mempererat
tali silaturahim, baik dengan tetangga, sanak saudara maupun teman sejawat
merupakan perintah agama islam agar senantiasa membina kasih sayang, hidup
rukun, tolong menolong, saling membantu antara yang kaya dengan yang miskin dan
memiliki kesempatan dengan yang mengalami kesempitan.
Silaturahim
tidak saja menghubungkan tali persaudaraan, tetapi juga akan banyak menambah
wawasan, pengalaman karena pada saat berinteraksi terdapat
pembicaraan-pembicaraan yang berkaitan dengan masalah-masalah perdagangan atau
penghasilan, sehingga satu sama lain akan mendapatkan pandangan baru tentang
usaha pendapatan rezeki dan sebagainya.
Suasana
yang dialami bagi orang yang biasa bersilaturahmi, hidup menjadi lebih menyenangkan,
nuaman, dan hati menjadai tentram sehingga hidup ii merasa luas dan
lega seakan umur bertambah, walaupun kenyataan yang sebenarnya umur atau ajal
manusia sudah ditentukan jauh sebelum ia dilahirkan oleh Allah Swt.
Sabda
Rasulullah saw. yang lain dari riwayat Aisyah:
قَالَـ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صِلَةُالرَّحِمِ وَحُسْنُ
اْلخُلُقِ اْلجَوَارِيُعَـمِّرْنَ
الدِّيَارَوَيَزِدْنَ فِى اْلاَعْـمَارِ.
﴿رواه أحـمدوالبيـهـقى عن عاشة﴾
Artinya
:
“Sabda
Rasulullah saw:” Bersilaturahmi, baik budi pekerti dan bertetangga yang baik,
akan meramaikan kampong dan dapat menabah umur.” (H.R Ahmad dan Baihaqi dari Aisyah)
Hadis
tersebut menambahkan selain bersilaturahmi, berakhlak yang baik (Husnul
Khuluq) dan bertetangga yang baik (Husnul Jawari) dapat pula
mencptakan suasana yang menyenangkan dan lebih semarak dalam hidup
bermasyarakat.
Karena
itu ajaran islam member tuntunan atau tatakrama dalam berinteraksi antar sesama
misalnya bertamu dan yang menerima tamu.
- 2. Contoh adab bertemu
Dalam
bertamu ada beberapa tata cara atau adab yang harus diperhatikan, agar suasana
pertemuan tidak rusak karena adanya hal-hal yang tidak berkenan dihati
masing-masing pihak. Diantara tata cara itu contohnya yaitu sebagai berikut :
a)
Sebelum memasuki rumah seseorang, kita harus meminta izin terlebih dahulu
dengan mengucapkan salam, jika tuan rumah mempersilahkan kita masuk, berulah
kita masuk ke ruamahnya dengan sopan.
Perhatikan
firman Allah Swt :
يَآيُّـهَاالَّذِيْنَ
اَمَنُوْالأَتَدْخُلُوْابُيُوْتًاغَيْرَبُيُوْتِكُـمْ حَتىَّ تَسْتَأْنِسُوْا
وَتُسَلِّمُوْاعَلى اَهْـلهَاقلىذلِكُمْ
خَيْرُلَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَ كَّرُوْنَ.
﴿النور:٢٧﴾
Artinya
:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu masukin
rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan member salam kepada
penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu)
ingat.” (Q.S
An-Nur:27)
b)
Sebagai tamu, apabila kita tidak mendapati tuan rumah, atau merasa tidak
diterima oleh tuan rumah karena satu dan lain hal maka tinggalkanlah rumah itu
dengan segera. Tetapi jangan sampai memperlihatkan kekecewaan terhadap
perlakuan tuan rumah yang tidak berbudi baik tersebut.
فَاِنْ لَمْ
تَجِدُوْافِيْهَااَحَدًافَلاَتَدْخُلُوْهَاحَتىَّ يُوْذَنَ لَكُمْ وَاِنْ قِيْلَ
لَكُمُ
ارْجِعُوْافَارْجِعُوْاهُوَاَزْكَى لَكُمْقلىوَاللهُ بِمَاتَعْمَلُوْنَ
عَلِيْمُ
﴿النور:٢٨﴾
Artinya
:
Dan jika kamu tidak menemui seseorang di dalamnya, maka
janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan
kepadamu:”Kembalilah!(hendaklah) kamu kembali. itu lebih suci bagimu dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan “(Q.S An. Nur :28)
c)
Apabila sudah diterima dengan baik, janganlah berbuat seenaknya di rumah orang,
meskipun udah dikatakan oleh tuan rumah, anggaplah sebagai rumah sendiri.
Itu adalah hak dan kewajiban dia sebagai tuan rumah, sedangkan kemu mempunyai
hak dan kewajiban tersendiri sebagai tamu.
d)
Menjadi tamu dirumah teman dekat harus tetap menjaga kesopanan. Jangan
melihat-lihat semua benda yang ada dirumah itu, kecuali benar-benar
dipersilahkan oleh tuan rumah
e)
Jika kita dihidangkan makanan dan minuman maka cicipilah makanan dan inuman
tersebut setelah kita dipersilahkan oleh tuan rumah untuk dicicipi, seandainya
makanan dan minumana itu tidak sesuai dengan selera kita maka jangan ditampakkan
bahwa kita tidak suka, tetapi cicipilah sekedarnya saja
f)
Kalau dirasa sudah sudah cukup keperluannya maka dengan sikap yang agak berat
kita berpamitan, untuk pulang. Tidak lupa sampaikan penghargaan yang
sebesar-besarnya atas sambutannya dengan harapan kita akan menanti
kedatangannya di rumah kita, dan dapat bertemu kembali dilain waktu
- 3. Mempraktikkan Adab dalam kehidupan sehari-hari
Sebagai
muslim yang beriman, hendaknya kamu dapat mempraktikkan adab bertemu menurut
ajaran Islam, dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat mempraktikkan adab
bertemu, hendaknya kamu perhatikan terlebih dahulu beberapa hal berikut ini:
a)
Tanamkan keimanan yang kuat di dalam hati, agar tidak tergoda oleh setan ketika
bertamu
b)
Tanamkan keyakainan dalam hati bahwa bertamu itu merupakan salah satu sunah
rasul, dalam rangka silaturahmi terhadap sesama muslim, baik yang dekat maupun
yang jauh
c)
Tanamkan keyakinan bahwa bertemau sesuai adab Islam termasuk ibadah, yang tidak
hanya akan mendapat pahala juga dapat memperbanyak saudara dan menghilangkan
permusuhan
d)
Pahami dengan baik tata cara atau adab bertamu secara islami, agar dalam
pertemuan tidak menimbulkan hal-hal negative dari kedu belah pihak, baik yang
bertamu maupun yang menerima tamu
e)
Mulailah membiasakan mempraktikkan adab bertamu secara islam dari sekarang,
agar kelak kamu terbiasa bertamu dan menjalin silaturahmi dengan baik terhadap
siapa pun
0 komentar:
Posting Komentar