Dilihat
dari letak Geografis dan karakteristik wilayahnya, Indonesia memiliki banyak
keuntungan. Terutama di bidang ekonomi dengan pengoptimalan pemanfaatan sumber
daya alam yang ada. Namun di sisi lain Indonesia yang memiliki ribuan pulau
ternyata memiliki banyak kerugian, salah satu yang dapat dirasakan dampak
karakteristik geografis tanah air kita adalah Indonesia menjadi rawan akan
bencana alam. Puluhan gunung berapi di Indonesia yang tersebar di pulau jawa
dan sumatera, lempengan Asia dan Australia yang berada di selatan pulau jawa,
lempengan yang ada di barat pulau Sumatera dan rendahnya daratan utara pulau
jawa merupakan sederet karakteristik yang berpotensi menimbulkan bencana.
Meletusnya gunung Krakatau pada 1883, Tsunami Aceh tahun 2004, Gempa Jogja,
bahkan tahun 2010 ini, Indonesia diguncang dengan Banjir Bandang di Wasior,
Papua Barat, Tsunami di Mentawai, dan Erupsi Gunung Merapi di Jogja dan
sekitarnya.
Terjadinya
bencana alam di negeri kita tidak dapat dicegah, namun masyarakat bisa
meminimalisir kerugian akibat bencana, baik kerugian materi maupun kerugian
jiwa. Disinilah Teknologi Informasi berperan penting dalam menangulangi bahkan
memberikan peringatan awal sebelum terjadinya bencana. Sistem peringatan dini
dalam menghadapi bencana sangatlah penting, mengingat secara geologis dan
klimatologis wilayah Indonesia termasuk daerah rawan bencana alam. Tujuan akhir
dari peringatan dini ini adalah masyarakat dapat tinggal dan beraktivitas
dengan aman pada suatu daerah serta tertatanya suatu kawasan. Selain itu pemetaan
juga merupakan peran dari penggunaan IT dalam penanggulangan bencana alam.
Gejala alam bisa juga diketahui dari tren yang berlangsung. Pola yang terjadi
dalam rentang sekian tahun. Teknologi informasi bisa membantu memetakan hal
tersebut.
Beberapa
pengalaman pemanfaatan Teknologi Informasi dalam memudahkan penanggulangan
bencana di Indonesia sendiri ketika Tsunami melanda Nangroe Aceh Darussalam dan
Sumatera Utara dimana ketika itu seluruh jaringan komunikasi terputus, namun
para relawan maupun para korban tidak habis akal untuk mengoptimalkan internet
sebagai jalur komunikasi untuk mengabarkandan menginformasikan kondisi yang ada
pada saat itu ke dunia luar maupun kepada sanak saudara mereka. Melalui blog
maupun website, email, chat dan lain sebaagainya pemanfaatan internet ini
mereka lakukan. Dampaknya adalah bantuan dari dalam dan luar negeri cepat
tersalurkan dan relawanpun terus berdatangan untuk membantu evakuasi jenazah
para korban yang meninggal akibat bencana itu.
Bencana
alam merupakan masalah yang cukup rumit jika di tangani dengan cara manual.
Prosedur penanganan bencana saat ini banyak yang tidak efektif atau bahkan
salah sasaran semua itu disebabkan informasi yang terlambat masuk terlebih
tidak akurat. Dengan adanya Teknologi Informasi saat ini sangat membantu dalam
proses pengambilan keputusan pada saat bencana akan terjadi. Teknologi
Informasi tidak dapat mencegah terjadinya bencana secara keseluruhan, tetapi
dengan adanya Teknologi Informasi kita dapat meminimalkan segala bentuk kerugian,
korban jiwa, dan memberikan tindakan-tindakan yang efektif dan efisien,bahkan
dapat meminimalkan dampak dari bencana tersebut.
Dalam
memberikan informasi, ini merupakan tugas utama internet sebagai media baru.
Namun, bukan hanya itu. Teknologi Internet rupanya memiliki fungsi lain yaitu
menggalang dana untuk para korban bencana. Tsunami di Aceh pada tahun 2004
membuktikan bahwa internet bukan hanya memiliki fungsi informatif, tetapi dapat
pula menjadi lahan mencari dana. Salah satu situs yang berhasil menggalang dana
paling besar pada saat itu adalah amazon.com, salah satu situs ritel yang
sukses mengumpulkan lima puluh ribu dermawan dengan penghasilan lebih dari 32,6
miliar yang kemudian disalurkan melalui organisasi palang merah di Amerika
Serikat. Selain itu yang berhasil dikumpulkan oleh tim AirPutih sebuah
komunitas IT yang berhasil menggalan bantuan melalui website yang kemudian
menyalurkannya berupa alat-alat telekomunikasi, komputer dan lain sebagainya
sebagai alat untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Lebih dari itu, ternyata
perkembangan teknologi informasi juga bisa mengetahui kondisi korban dan
mencari orang yang hilang akibat bencana. Seperti situs BBC yang mencari salah
satu warga Belanda yang menjadi salah satu korban Tsunami di selatan Thailand.
Mediacenter Airputih juga memanfaatkan hal serupa dan berhasil membantu salah
seorang warga Malaysia yang juga menjadi korban Tsunami di Aceh. Ini
membuktikan bahwa teknologi informasi berkembang untuk peradaban manusia,
menyesuaikan kebutuhan manusia untuk keberlangsungan hidup manusia.
Dalam
membantu menanggulangi dampak bencana yang ada, perkembangan teknologi berupa
internet rupanya telah memberikan sumbangsih besar bagi pemulihan wilayah
maupun pemulihan korban yang telah terkena bencana alam. Namun bagaimana peran
teknologi informasi dalam meminimalisir besarnya kerugian materi dan kerugian
jiwa akibat bencana ? Masih membahas pengalaman kita pada Tsunami Aceh tahun
2004 dimana kerugian yang ditimbulkan mencapai ratusan miliar untuk merekonstruksi
lagi kota yang telah mati akibat bencana tersebut.
Apabila
kita analisis lebih jauh, sebenarnya hal tersebut bisa diatasi sejak dini
dengan memberikat peringatan dini lebih awal dengan melihat tanda-tanda yang
atau gejala yang terjadi di lokasi tersebut. Berkaca pada Jepang, salah satu
negera paling rawan terjadi gempa, pemanfaatan teknologi informasi disana
rupanya sudah mencapai bagaimana memberikan peringatan sangat dini untuk
mengetahui adanya potensi gempa di salah satu lokasi tertentu yang bisa
diketahui adanya potensi gempa. Hal ini sangat berpengaruh sekali terhadap
masyarakat Jepang, karena dengan peringatan sangat dini, sebelum terjadinya
gempa, masyarakat dapat mempersiapkan mental dan segala sesuatunya yang akan
diselamatkan, baik itu dokumen penting, sumber-sumber finansial, mapun
barang-barang berharganya, atau bahkan mereka dapat mengungsi lebih awal
sebelum terjadinya gempa yang tentu akan menyulitkan mereka untuk bermigrasi ke
tempat lain.
Peringatan
dini pulalah yang bisa mengurangi atau meminimalisir kerugian akibat bencana
alam. Inilah yang mungkin harus bisa juga dikembangkan di Indonesia, mengingat
negara kita merupakan negara kepulauan dimana gempa, tsunami, dan potensi
meletusnya gunung berapi merupakan sebuah ancaman bencana, yaitu meningkatkan
peran teknologi informasi dalam memberikan informasi lebih awal tentang potensi
terjadinya bencana alam di daerah tertentu. Karena selain akan meminimalisir
kerugian negara, hal tersebut juga menyelamatkan jiwa masyarakat yang berada di
wilayah tersebut. Namun, penggunaan media baru oleh masyarakat Indonesia berupa
internet dengan segala situs-situsnya menjadi modal awal bagi masyarakat kita
untuk dapat memperoleh informasi mengenai potensi bencana alam. Seperti yang
disediakan oleh beberapa situs yang memang concern terhadap antisipasi bencana
alam, informasi-informasi mengenai potensi bencana alam di wilayah ternentu,
analisa-analisa mengenai terjadinya gejala alam terntentu.
Selain
itu, saat ini, muncul sebuah sistem baru yang dikenal dengan geolocation, yaitu
sebuah sistem identifikasi lokasi geografis dari dunia nyata yang berasal dari
sambungan computer, handphone, pengunjung website dan yang lainnya Jadi dengan
koneksi internet saja kita dapat mengetahui lokasi-lokasi mana saja yang ingin
kita cari berdasarkan karakteristik yang kita inginkan. Seperti kaitannya
dengan bencana alam, kita dapat mengakses informasi berdasarkan potensi
terjadinya tsunami, atau potensi terjadinya gempa, dan lain sebagainya. Jadi,
perkembangan teknologi senantiasa memberikan banyak kemudahan dan keuntungan
bagi penggunanya, salah satu yang dapat kita rasakan adalah ketika bencana alam
melanda bangsa kita, dalam keadaan darurat dan mengkhawatirkan ternyata
teknologi informasi dan komunikasi dapat memberikan alternatif jalan keluar
untuk menginformasikan bagaimana kondisi daerah bencana, menjadi alternatif
bagi pengumpulan bantuan untuk korban bencana, mencari orang atau sanak saudara
yang hilang akibat bencana dan lain sebagainya. Jadi masyarakat dimudahkan
untuk menanggulangi bencana dengan cepat dan sigap. Namun diluar itu,
perkembangan teknologi memberikan alternatif baru untuk masyarakat dalam
meminimalisir atau mengurangi kerugian akibat bencana alam serta membantu
masyarakat untuk mewaspadai adanya gejala-gejala alam tertentu jadi masyarakat
kita dapat mengantisipasi kemungkinan apa yang akan terjadi, apa yang harus
dipersiapkan, dan bagaimana cara menyelamatkan diri, harta benda, dan
surat-surat berharga yang beresiko hilang ketika bencana alam melanda.
Bencana
alam memeng tidak bisa dicegah, namun manusia dengan segala kecerdasannya dapat
mengantisipasi terjadinya bencana alam. Indonesia merupakan negara yang sangat
rawan dengan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi,
tanah longsor, banjir. Saat ini bencana alam memiliki intensitas dan kekuatan
yang berbeda-beda seperti banjir musiman dibeberapa daerah sampai gempa bumi
dan tsunami Samudra Hindia pada tahun 2004 yang memakan banyak korban jiwa,
kondisi ini memaksa diadakannya upaya cepat untuk memunculkan inisiatif
pembenahan manajemen bencana, dengan melihat potensi bencana besar yang melanda
Indonesia dan perlunya penggunaan teknologi dalam mitigasi bencana serta belum
cukupnya pengalaman Indonesia dalam menghadapi bencana alam tertentu seperti
gempa bumi dan tsunami maka perlu mengadakan kerjasama dengan negara yang sudah
berpengalaman seperti Jepang. Informasi bencana alam sangat dibutuhkan dalam
upaya pengelolaan bencana alam terutama pada langkah-langkah mitigasi dan persiapan
menghadapi bencana. Mitigasi ini merupakan proses pencegahan atau pengurangan
kan kemungkinan terjadinya bencana dan pengurangan kerugian akibat terjadinya
bencana, sedangkan langkah persiapan menhadapi bencana ini termasuk pula
melakukan prediksi dan peringatan dini akan terjadinya bencana (early warning).
Informasi bencana alam yang tersusun dalam data base sangat penting tepat waktu
bagi semua pihak, agar semua pihak yang berkepentingan dapat memperoleh
informasi bencana yang diperlukan, maka diperlukan sarana diseminasi dan
sosialisasi informasi.
Pengembangan
sistem pemantauan bumi guna mendukung sistem alam bencana ini bertujuan
meningkatkan dan mengembangkan pemanfaatan teknologi inderaja satelit dan SIG
dengan menyediakan informasi inderaja secara operasional untuk pengelolaan
bencana. Pengembangan sistem informasi untuk mitigasi bencana alam menggunakan
data pengindraan jauh antara lain bertujuan untuk :
a)Membangun
data base informasi bencana alam, meliputi kebakaran, kekeringan, banjir, iklim
rawan pangan,
b)
Membangun media publikasi data base informasi bencana lam untuk sosialisasi
distribusi dalam bentuk website/home page yang bisa diakses untuk pengguna
secara muda lewat jaringan internet
c)
Membangun media koordinasi antar lembaga/instansi terkait dalam rangka
komunikasi, analisa dan penentuan kebijakan bersama untuk mitigasi bencana.
Dengan melihat permasalahan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi
dan Informatika (Kominfo) dan Pemerintah Jepang melalui Kementerian Dalam Negeri
dan Komunikasi (MIC) telah menandatangani Nota Kerjasama (MoC) dalam bidang
penyiaran digital untuk kewajiban pelayanan universal (USO). Menindaklanjuti
MoC diatas dicapai satu rencana untuk menggunakan pusat data Kominfo dan
jaringan komunikasi untuk mitigasi bencana di Indonesia. Teknologi Informasi
ini dilakukan karena pentingnya penanganan bencana yang sangat cepat. Dengan
adanya IT dalam penanggulangan bencana maka hal ini dapat membantu sekali dalam
efisiensi dan kesiagaan untuk membantu dan menangani suatu daerah aau tempat
yang tertimpa bencana
Peran
Internet pada Bencana Alam Begitu banyak bencana alam yang terjadi di negeri
ini, tsunami, banjir, longsor, angin putting beliung dan bencana lainnya. Lalu
apa yang Internet bisa lakukan untuk menanggulangi berbagai bencana alam yang
terjadi? Internet memiliki peran yang tidak kecil dalam proses penanggulangan
bencana alam, seperti halnya pada saat bencana gempa dan tsunami yang melanda
Aceh di akhir tahun 2004 dimana seluruh sarana komunikasi terputus pada waktu
itu. Internet menjadi media yang pertama kali menghubungkan Aceh dengan dunia
luar, sehingga beragam informasi dari Aceh bisa dipublikasikan ke luar Aceh.
Internet sebagai Media Komunikasi Internet bisa dimanfaatkan sebagai media
untuk berkomunikasi, baik melalui e-mail, chatting, dan forum publik. Seperti
pada saat terjadi bencana Tsunami di Aceh, dengan Internet, relawan-relawan
kemanusiaan bisa berkomunikasi via email ataupun ngobrol dengan menggunakan
Internet Messenger seperti Yahoo Messenger ataupun MSN Messenger dengan induk
organisasinya untuk berkoordinasi terkait kebutuhan logistik, laporan kondisi
dan info penting lainnya, begitu pula jurnalis bisa mengirimkan berita ke
kantornya yang berada di kota lainnya dalam waktu singkat. Publikasi Informasi
melalui Website Internet bisa dimanfaatkan untuk menjadi media publikasi
informasi, baik melalui website ataupun mailing list. Seperti pada saat bencana
banjir di Sinjai, tim relawan mengirimkan data foto kondisi daerah Sinjai yang
rusak parah terkena banjir melalui email dan kemudian foto-foto tersebut
dipublikasikan tim AirPutih melalui website www.mediacenter.or.id sehingga
masyarakat di seluruh dunia bisa melihat kondisi di sinjai. Berita-berita
terkini pun bisa diakses dengan cepat melalui website. Catatlah beberapa media
online seperti detik.com, media-indonesia.com yang menyajikan informasi ketika
terjadi bencana di sebuah tempat. Penggalangan Dana di Internet Penggalangan
dana bantuan pun bisa dilakukan melalui internet. Situs ritel Amazon.com saja
mampu mengumpulkan lebih dari lima puluh ribu dermawan. Lebih dari US$ 3,5 juta
(Rp 32,6 miliar) akan disumbangkan lewat organisasi palang merah di Amerika
Serikat. Contoh lainnya adalah seperti yang dilakukan oleh Tim AirPutih,
menggalang bantuan dari berbagai pihak melalui media website. Walhasil,
komunitas Teknologi Informasi (TI) tergerak dan memberikan berbagai macam
bantuan baik berupa peralatan telekomunikasi, komputer, dan lain sebagainya
yang digunakan untuk proses penanggulangan bencana. Mencari Orang Hilang di
Internet Selain sebagai media menyalurkan dana bantuan, internet juga
dimanfaatkan sebagai sumber informasi mencari orang hilang. Situs BBC,
misalnya, memungkinkan seorang warga negara Belanda bernama Rob Delissen untuk
melacak keluarganya yang ada di pulau Koch Racha Yai. Pulau tersebut terletak
di bagian selatan dari Phuket, Thailad, salah satu daerah korban tsunami.
Begitu juga Situs MediaCenter AirPutih, memungkinkan seseorang yang berada di
kuala lumpur untuk melacak keluarganya yang berada di Aceh sehingga bisa
mengetahui keberadaannya di posko tim relawan INTI dan bisa menemuinya di posko
tersebut. Melalui Internet, kita bisa senantiasa mengikuti
perkembangan-perkembangan terkini seperti halnya gejala-gejala alam. Beberapa
ahli saat ini telah memiliki website untuk menuliskan analisa mereka tentang
gejala-gejala alam seperti yang dilakukan oleh Rovicky, pakar geologi lulusan
UGM ini melalui blognya di alamat rovicky.wordpress.com. Beliau memaparkan
pemikiran-pemikirannya seperti gempa di Aceh, analisa tentang lumpur di sidoarjo,
dan lainnya sehingga wawasan kita tentang alam ini bertambah dan bisa melakukan
antisipasi ketika bencana terjadi.
Alat Pedeteksi Bencana Bumi dan Alam Sekarang Dapat Dideteksi
Tahukah Anda? Ternyata Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Indonesia sudah memiliki alat yang
dapat mendeteksi adanya bencana bumi, alat tersebut bernama Multi
Parameter Radar (MPR) dan INA TRITON Buoy. Teknologi ini merupakan hasil kerja
sama BPPT dengan Japan Agency for Marine Earth Science and Technology
(JAMSTEC). Radar seharga Rp 10 miliar ini merupakan hibah dari Jepang
sebagai mitra kerja sama untuk digunakan dalam operasional riset.
Fadly Syamsudin, Peneliti utama dari BPPT
mengungkapkan, radar ini bisa memberi peringatan dini (early warning
system), saat bencana akan datang. Parameternya mencakup dua hal
yaitu angin dan curah hujan. Dari dua parameter tersebut kita bisa memperoleh
empat atau lima data sekaligus.
Perwakilan Japan International Cooperation
Agency (JICA), Tomoyuki Tada mengungkapkan bahwa data-data cuaca ini sangat
penting. Kita dapat memprediksi apa yang akan terjadi di waktu mendatang
melalui data sebelumnya. Termasuk bagaimana siklus hujan berulang, dan
kekuatan hujan. Sehingga kita bisa menghindari siklus banjir dan kekeringan
yang kerap terjadi.
Peluncuran kedua teknologi canggih ini
telah dilakukan pada Bulan Maret 2012 di Jakarta, sebagai bagian dari upaya
antisipasi bencana. Teknologi mutakhir ini mendapat apresiasi yang
sangat besar dari seluruh penduduk Indonesia. Indonesia adalah Negara kepulauan
terbesar dan juga Negara yang berpotensi terhadap berbagai bencana.
Kelebihannya yang lain, Radar ini bisa dipindahkan sesuai kebutuhan. Serta,
adanya radar canggih ini juga membantu dalam perekaman data cuaca.
Alat Selain radar (MPR) yang diluncurkan oleh
BPPT adalah Ina Triton Buoy. Bentuk alat ini seperti
pelampung. Fungsi dari Ina Triton Buoy adalah memantau perubahan unsur cuaca di
atas dan bawah laut. Jadi saat ini kita dapat mengetahui perubahan iklim yang
akan menampakkan tanda awal di permukaan laut. Misalnya adalah terjadinya badai,
yang ciri-cirinya yaitu didahului dengan suhu permukaan laut akan berubah
menjadi lebih tinggi. Akibatnya tekanan menjadi rendah dan massa udara mengalir
dari bawah ke atas permukaan.
Ina Triton Buoy ini memiliki jangkauan di atas
laut sampai sepuluh meter, sedangkan bawah laut sampai lima ratus meter. Dan
lebih hebatnya lagi, Indonesia adalah negara ASEAN pertama yang memiliki
Pelampung Pendeteksi Bencana (Buoy). Karena Negara yang telah memiliki alat
pendeteksi Bencana ini hanya Jepang dan Amerika.
Sebagai informasi, Alat yang Dapat Mendeteksi
Bencana ini telah mulai beroperasi pada bulan Juni 2012 dan ditempatkan di
utara Papua. Dengan memasang buoy ini berarti Indonesia menjadi negara yang
turut serta dalam sistem pemantauan bumi (Global Earth Observation System of
Systems atau GEOSS).
ALAT
YANG DIGUNAKAN DALAM BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA ALAM
1. SEISMOMETER
Seismometer (bahasa Yunani: seismos: gempa bumi dan metero:
mengukur) adalah alat atau sensor getaran, yang biasanya dipergunakan untuk
mendeteksi gempa bumi atau getaran pada permukaan tanah. Hasil
rekaman dari alat ini disebut seismogram.
Prototip dari alat ini
diperkenalkan pertama kali pada tahun 132 SM oleh matematikawan dari Dinasti Han yang bernama Chang Heng. Dengan
alat ini orang pada masa tersebut bisa menentukan dari arah mana gempa bumi
terjadi.Dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka kemampuan seismometer dapat ditingkatkan, sehingga bisa merekam getaran dalam jangkauan frekuensi yang cukup lebar. Alat seperti ini disebut seismometer broadband.
Seismograf adalah sebuah perangkat yang mengukur dan mencatat gempa bumi. Pada prinsipnya, seismograf terdiri dari gantungan pemberat dan ujung lancip seperti pensil. Dengan begitu, dapat diketahui kekuatan dan arah gempa lewat gambaran gerakan bumi yang dicatat dalam bentuk seismogram.
2.
TILTMETER
Tiltmeter merupakan alat pengukur
deformasi gunung yang berfungsi untuk mendeteksi pengembungan atau pengempisan
tubuh gunung. Perangkat Tiltmeter sendiri terdiri dari tiga komponen utama,
yaitu Pelat Tiltmeter, Portable Tiltmeter, dan Readout Unit.
Struktur yang dipandang perlu untuk dilakukan pengukuran dengan metode Tiltmeter adalah struktur yang secara visual telah menunjukkan adanya perubahan posisi secara horizontal atau vertikal agar dapat diketahui intensitas gerakannya.
Untuk kasus sebuah gunung berapi, biasanya para ilmuwan akan memasang Tiltmeter di banyak titik, mulai dari kaki gunung hingga dataran-dataran tertinggi yang diperkirakan sebagai jalur aliran lava.
Struktur yang dipandang perlu untuk dilakukan pengukuran dengan metode Tiltmeter adalah struktur yang secara visual telah menunjukkan adanya perubahan posisi secara horizontal atau vertikal agar dapat diketahui intensitas gerakannya.
Untuk kasus sebuah gunung berapi, biasanya para ilmuwan akan memasang Tiltmeter di banyak titik, mulai dari kaki gunung hingga dataran-dataran tertinggi yang diperkirakan sebagai jalur aliran lava.
3.
BUOY
TSUNAMI
Alat yang disebut Buoy Tsunami Indonesia ini
merupakan alat pendeteksi tsunami pertama yang berhasil diciptakan para
peneliti Indonesia. Rencananya alat dengan bobot seberat 1,23 ton berharga
miliaran rupiah ini akan diletakkan di Perairan Samudera Hindia untuk memberi
peringatan dini terhadap terjadinya tsunami di daerah Bengkulu, Lampung, Banten
dan Jakarta.
Menurut
Ridwan, alat yang terdiri dari dua bagian ini salah satunya akan diletakkan di
dasar laut pada kedalaman 2100 meter. Sedang yang lainnya akan diletakkan
mengambang di permukaan laut Samudera Hindia.
Alat ini
akan bekerja disaat terjadinya gelombang tsunami pertama, dimana sinyal yang
dihasilkannya bisa diterima kantor BPPT hanya dalam waktu 3 menit.Sehingga bisa
langsung diinformasikan kepada masyarakat. Pemasangan alat ini dilakukan pagi
tadi dan menjadi alat pertama buatan Indonesia yang dipasang di Indonesia
diantara 21 alat serupa buatan luar negeri.
Disusun oleh :
ALIETA NADIA MARLITIANA
RISKA WULANDARI
RIZKY MAULANA YUSUP
SALMA SALSABILA
SILMI KAFFAH
Kelas IX A
SMP NEGERI 14
KOTA SUKABUMI
0 komentar:
Posting Komentar