Blogger-Info © 2014 | Facebook Twitter Google+
Powered By : Blogger

Minggu, 30 November 2014

Berikut ini beberapa Teknik Dasar Matematika Perkalian Untuk Anak - Anak, Dewasa dan tanpa terkecuali REMACO pun bisa (^_^) .. Postingan ini di samping untuk Pembelajaran Anak Sekolah,, dan untuk Mengingatkan kembali cara2 berhitung dalam metode perkalian agar selalu mudah untuk di hafal dan di mengerti.. dan Berikut Tahapan Pembelajaran untuk Anak2 yang mungkin saja bisa berguna untuk mereka menghafal dan mengingat Pelajaran ini. :

Mengahapal perkalian tahap -1 :

menghapal perkalian dengan mudah
Menghapal perkalian pada tahap ini sangat mudah dihafal oleh anak, lihat ciri-cirinya perkalian satu adalah angka itu sendiri dan perkalian 10 di tambah nol pada belakang angka.

 

Mengahapal perkalian tahap -2 :

menghapal perkalian dengan mudah

 

Mengahapal perkalian tahap -3 :

menghapal perkalian dengan mudah

 

Mengahapal perkalian tahap -4 :

menghapal perkalian dengan mudah

 

Mengahapal perkalian tahap -5 :

menghapal perkalian dengan mudah

 

Mengahapal perkalian tahap -6 :

menghapal perkalian dengan mudah

 

Mengahapal perkalian tahap -7 :

menghapal perkalian dengan mudah

 

Mengahapal perkalian tahap -8 :

menghapal perkalian dengan mudah

 

Mengahapal perkalian tahap -9 :

menghapal perkalian dengan mudah





B. PERKALIAN 7 DENGAN 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
Contoh : Perkalian 7 x 4 dan 7 x 6
PERKALIAN 8
A. PERKALIAN 8 DENGAN 1, 2, 3, 4, DAN 5
Contoh : 8 x 2 dan 8 x 4



Perkalian dua Digit
Contoh :
  • 14 x 12 = ..?
caranya :
Pertama, Jumlahkan angka 14 dengan angka dibelakang 12 yaitu 2, sehingga 14+2 = 16. Kemudian semua angka yang dibelakang soal, keduanya dikalikan yaitu 4×2 = 8. Jadi hasilnya, angka 16 dan 8 digabungkan sehingga menjadi 168.
  • 13 x 15 = ..?
caranya :
Pertama, Jumlahkan angka 13 dengan angka dibelakang 15 yaitu 5, sehingga 13+5 = 18. Kemudian semua angka yang dibelakang soal, keduanya dikalikan yaitu 3×5 = 15. Karena hasilnya masing-masing 2 digit maka hasil angka-angka yang dikalikan tadi, hasil angka depannya dijumlahkan/ditambah dengan angka hasil penjumlahan tadi yaitu 18+1 = 19. Jadi hasilnya kemudian digabungkan, angka 19 dan 5 sehingga menjadi 195.
  • 17 x 19 = ..?
caranya :

Demikian cara menghapal perkalian agar adik-adik bisa menghapal dengan mudah, 
semoga bermanfaat...!! amin.

Jumat, 28 November 2014

Makalah IPS



PEMILU UMUM PERTAMA PADA TAHUN 1955
PELAJARAN IPS




SMP NEGERI 14 KOTA SUKABUMI
KELAS IX – C
KELOMPOK 6
Anggota : - Warista Yessy S.
                  - Della Melinia P.
                 - Giesca Dyah T.
                 - Calvin Alya F.


A.    SEJARAH PEMILIHAN UMUM PERTAMA DI INDONESIA PADA TAHUN 1955


 
 Pemilu 1955 merupakan pemilu pertama yang dilakukan oleh pemerintah indonesia dalam sejarah kemerde­kaan bangsa Indonesia yang baru berusia 10 (sepuluh) tahun. Sebenarnya sekitar tiga bulan setelah kemerdekaan diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta pada 17 Agustus 1945, pemerintah waktu itu sudah menyatakan keinginannya untuk bisa menyelenggarakan pemilu pada awal tahun 1946. Hal ini ditandai dengan Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945 dan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945. Isi dari maklumat tersebut adalah himbauan untuk melaksanakan pemilu. Adapun bunyi Maklumat Pemerintah 3 November 1945 adalah sebagai berikut: 1. Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik, karena dengan adanya partai-partai itulah dapat dipimpin ke jalan yang teratur segala aliran paham yang ada dalam masyarakat. 2. Pemerintah berharap supaya partai-partai itu telah tersusun sebelum dilangsungkan pemilihan anggota Badan-badan Perwakilan Rakyat. Pemilihan ini diharapkan dapat dilakukan pada bulan Januari 1946. Tidak terlaksananya pemilu pertama pada bulan Januari 1946 seperti yang diamanatkan oleh Maklumat 3 Nopember 1945, paling tidak disebabkan 2 (dua) hal :
1. Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU Pemilu
 2. Belum stabilnya kondisi keamanan negara akibat konflik internal antar kekuatan politik yang ada pada waktu itu, apalagi pada saat yang sama gangguan dari luar juga masih mengancam. Dengan kata lain para pemimpin lebih disibukkan oleh urusan konsolidasi. Namun, tidaklah berarti bahwa selama masa konsolidasi kekuatan bangsa dan perjuangan mengusir penjajah itu, pemerintah kemudian tidak berniat untuk menyelenggarakan pemilu. Ada indikasi kuat bahwa pemerintah punya keinginan politik untuk menyelenggarakan pemilu.


B. LATAR BELAKANG PEMILU PERTAMA 1955

a. Revolusi fisik / Perang kemerdekaan, menuntut semua potensi bangsa untuk memfokuskan diri pada usaha mempertahankan kemerdekaan. Tanda gambar peserta pemilu tahun 1955. b. Pertikaian internal, baik dalam lembaga politik maupun pemerintahan cukup menguras energi dan perhatian. c. Belum adanya UU Pemilu yang mengatur tentang pelaksanaan pemilu (UU Pemilu baru disyahkan tanggal 4 April 1953 yang dirancang dan disyahkan oleh kabinet Wilopo). Sekalipun masa kampanye dilakukan pada masa kabinet Ali, namun pemilu baru dapat dilaksanakan oleh kabinet Burhanuddin Harahap. Pemilu 1955 bertujuan untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante. Jumlah kursi DPR yang diperebutkan berjumlah 260, sedangkan kursi Konstituante berjumlah 520 (dua kali lipat kursi DPR) ditambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah. Sesuai tujuannya, Pemilu 1955 ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu:

 a. Tahap pertama adalah Pemilu untuk memilih anggota DPR.
 Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955, dan diikuti oleh 29 partai politik dan individu,.
 
Pemilu diikuti oleh 28 Partai Politik, jumlah anggota DPR 272 dan anggotakonstituante berjumlah 542.

 
 Perdana Menteri Ali Sastro Atmijayo, sedang berkampaye dari parta Partai Nasional Indonesia.


Mohammad Natsir sedang berkampanye untuk Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia), partai terkuat di Sumatera Barat.


DN Aidit (DN = Dipa Nusantara) sedang berkampanye untuk PKI (Partai Komunis Indonesia).



b. Tahap kedua adalah Pemilu untuk memilih anggota Konstituante.
Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 1955. Selain pemilihan DPR dan Konstituante, juga diadakan pemilihan DPRD. Pemilu DPRD dilaksanakan dalam dua tahap, Juni 1957 pemilu untuk Indonesia wilayah Barat, dan Juli 1957 untuk pemilu Indonesia wilayah Timur. Dengan dipisahnya waktu penyelenggaraan pemilu DPR, Konstituante, dan DPRD, pemilu menjadi fokus. Konstituen pemilih bisa dengan cermat menyimak materi kampanye dan lebih bisa menilai kualitas calon yang diusung oleh partai peserta pemilu. Artinya konstituen pemilih memiliki pertimbangan yang lebih rasional sebelum memilih, tidak sekedar memilih hanya karena kedekatan emosional. Pemilu diselenggarakan secara sederhana karenanya tidak menyerap biaya negara terlalu besar. Pemilu tahun 1955 memperkenalkan asas jujur dan kebersamaan, langsung, umum, bebas, dan rahasia. Pemilu tahun 1955 menggunakan sistem proporsional yang mendorong multi partai. Pada pelaksanaannya, pemilu ini diikuti oleh lebih 30 partai politik dan lebih dari seratus daftar kumpulan dan calon perorangan.

C. ASAS
Pemilu 1955 dilaksanakan dengan asas :
 a. Jujur, artinya bahwa pemilihan umum harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan per-undangan yang berlaku
 b. Umum, artinya semua warga negara yang telah memenuhi persyaratan minimal dalam usia, mempunyai hak memilih dan dipilih.
c. Berkesamaan, artinya bahwa semua warga negara yang telah mempunyai hak pilih mempunyai hak suara yang sama, yaitu masing-masing satu suara.
d. Rahasia, artinya bahwa pemilih dalam memberikan suara dijamin tidak akan diketahui oleh siapapun dan dengan cara apapun mengenai siapa yang dipilihnya.
e. Bebas, artinya bahwa setiap pemilih bebas menentukan pilihannya menurut hati nura-ninya, tanpa ada pengaruh, tekanan, paksaan dari siapapun dan dengan cara apapun.
 f. Langsung, artinya bahwa pemilih langsung memberikan suaranya menurut hati nura-ninya, tanpa perantara, dan tanpa tingkatan.

D. HASIL PEMILU I Hasil pemilu tahun 1955
memunculkan empat partai terkemuka yang meraih kursi terbanyak di DPR dan Konstituante. Keempat partai tersebut adalah; · Majelis suryoMuslimin Indonesia (Masyumi) · Partai Nasional Indonesia (PNI) · Nahdatul Ulama (NU) dan · Partai Komunis Indonesia (PKI) Dominiasi keempat partai tersebut tampak dari perimbangan kursi di DPR yang terdiri atas 272 kursi dan Konstituante 520 kursi. Perimbangan kursi DPR hasil Pemilu 1955 adalah sebagai brikut. · Masyumi : 60 kursi · PNI : 58 kursi · NU : 47 kursi · PKI : 32 kursi · Partai lain memperebutkan sisa 75 kursi. Sedangkan perimbangan kursi Konstituante hasil pemilu 1955 adalah sebagai berikut : · Masyumi : 119 kursi · PNI : 112 kursi · NU : 91 kursi · PKI : 80 kursi · Partai lain memperebutkan sisa 118 kursi. Meskipun pemilu 1955 terlaksana secara demokratis, tetapi DPR maupun konstituante hasil pemilu tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Kecenderungan partai untuk lebih mementingkan kelompoknya daripada aspirasi rakyat masih tetap muncul. Akibatnya stabilitas politik yang semakin memuncak mendorong Presiden Soekarno mengeluarkan suatu dekrit yang mengakhiri masa Demokrasi Parlementer.





E. PERKEMBANGAN PEMERINTAH SETELAH PEMILIHAN UMUM 1955 Setelah pemilu tahun 1955, terjadi ketegangan dalam pemerintahan. Ketegangan tersebut akibat banyaknya mutasi yang dilakukan di beberapa kementrian, seperti kementrian dalam negeri, dan kementrian perekonomian. Hal itu menjadi salah satu faktor adanya desakan agar perdana mentri mengembalikan mandatnya. Akhirnya, pada tanggal 8 maret 1956, kabinet Burhanuddin Harahap jatuh. Presiden Soekarno pada tanggal 8 maret 1956 menunjuk Ali Sastroamijoyo untuk membentuk kabinet baru. Kabinet yang dibentuk itu adalah kabinet Koalisi tiga partai, yaitu PNI, Masyumi, NU, dan beberapa partai kecil lainnya. Pada tanggal 20 Maret 1956, secara resmi diumumkan terbentuknya kabinet baru yang disebut kabinet Ali Sastroamijoyo II. Kabinet ini mendapat tentangan dario PKI dan PSI karena kedua partai itu tidak di ikut sertakan. Tentangan dari partai lainnya tidak begitu besar. Jumlah mentri dalam kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah 24 orang. Program kabinet itu disebut dengan rencana lima tahunan yang memuat program jangka panjang, misalnya memperjuangkan masalah Irian Barat ke wilayah republik Indonesia, melaksanakan pembentukan daerah otonom, mempercepat pemilihan anggota DPRD, mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai, menyehatkan keuangan negara sehingga tercapai keseimbangan anggaran belanja, serta berusaha untuk mewujudkan pergantian ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan kepentingan rakyat.



Kesimpulan :  PEMILU TAHUN 1955 MASA ORLA SUKSES DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN ASAS DEMOKRASI, TETAPI TIDAK MEMENUHI HARAPAN RAKYAT DIKARENAKAN TERJADINYA KEPENTINGAN ANTAR PARPOL YANG HANYA MEMENTINGKAN PARTAI NYA SENDIRI 


Facebook

DAFTAR ISI
Total Kunjungan